Kontemplasi : HASTAG (14)

Selasa, 08 Januari 2013

Tahun Politik


Ada yang mengatakan tahun 2013 sebagai tahun politik. Istilah yang dimaksudkan untuk memproyeksi bahwa dinamika politik utamanya berkaitan dengan rezim pemilu akan mulai memanas. Pemilu 2014 kian mendekat dan semua organ politik yang punya kepentingan dengan pesta demokrasi itu mulai menginjak gas berpacu untuk melempangkan jalan kemenangan.

Demikian pula di Kalimantan Timur yang akan melakukan pemilu kada pada pertengahan akhir tahun 2013 nanti. Hanya saja dinamika menuju pemilukada sepertinya biasa-biasa. Berbulan-bulan lalu sempat memanas ketika Isran Noor mulai mejeng sana-sini termasuk sampai ‘blusukkan’ ke arena Indonesia Idol dan kemudian meluncurkan Isran Noor Centre. Sampai disitu dan kemudian menghilang. 

Ada juga mantan Pangdam, yang sewaktu masih menjabat ‘dirayu-rayu’ atau coba ‘dicomblangi’ oleh salah satu partai politik. Malu-malu awalnya, namun setelah meninggalkan bumi banua etam ini, sepertinya tergoda dan ingin kembali meminum air sungai Mahakam. Mulailah bergerilya namun belum nampak benar di permukaan.

Ada juga yang jauh-jauh hari menjajakan mukanya di baliho. Seperti biasa menebar keinginan dengan halus untuk menjaring pinangan dari pihak lainnya. Syukur-syukur kalau kemudian digandeng oleh calon dari partai lain. Dan sampai gambarnya memudar, sosok yang menebar senyum di baliho itu toh tak juga masuk dalam orbit calon pemimpin di Kalimantan Timur.

“Slow maar slack” begitu kata orang Manado, pelan tapi pasti. Incumbent baik gubernur maupun wakil gubernur yang masih menjabat. Petahana begitu istilah yang kini hendak dipopulerkan. Awalnya dikabarkan akan tetap bergandengan tangan menuju masa pemerintahan ke dua. Pernah terpasang sebuah baliho dari salah satu organ politik yang memberi dukungan kepada keduanya untuk terus maju bersama memimpin Kalimantan Timur. Baliho yang nampak mencolok dan dipasang kepagian itu tak lama lenyap dari pinggir jalan.

Sang wakil yang pondasi politiknya lemah nampaknya memang berharap untuk terus digandeng oleh pasangannya. Sebab untuk maju sendiri dan kemudian bersaing dengan bekas pasangannya tentu akan berat. Berat di dukungan dan juga berat di ongkos. Bukan rahasia lagi kalau naiknya ke kursi wakil gubernur yang sekarang didudukinya, ibarat ‘kejatuhan durian runtuh’. Nyaris tanpa bekal dan kerja keras.

Dan ternyata gubernur incumbent yang masih bernafsu untuk meneruskan ‘omong besarnya’ yang belum terbukti hasilnya, harus meneruskan kedudukan pada periode ke dua. Siapa tahu hal-hal besar yang direncanakannya akan bisa dicapai sehingga harum namanya. Namun bukan dengan mengandeng kembali wakilnya melainkan memilih calon wakil gubernur dari partai yang kini paling gencar memunculkan wajah ketua umumnya di televisi sebagai sahabat orang-orang kecil se Indonesia.

Gubernur incubent dan pasangan yang adalah pembesar partai politik besar sekarang menjadi satu-satunya calon yang paling jelas dan siap bertarung di pemilukada Kaltim 2013. Pasangan ini telah menjadi pasangan sah yang dicalonkan oleh partai pengusung yang tak perlu dukungan partai lainnya.

“Kada da saingan” begitu nampaknya keadaan menjelang pemilukada Kaltim 2013. Meski yang maju berpasangan adalah dua orang yang terbilang sudah ‘renta’, tapi nyali dari banyak orang yang kerap menganggap diri tokoh dan pemimpin di Kalimantan Timur belum juga kelihatan wujudnya.

Kelesuan juga menghinggapi partai-partai yang biasanya rajin bergerilya kanan-kiri. Menawarkan perahu atau sekedar dukungan yang pastinya akan berbuah imbalan. Nampaknya kini semua itu ‘macet’, tidak lagi mengalir lancar. Partai bahkan harus bekerja keras untuk memunculkan calon-calon baru yang belum jelas juntrungannya untuk melawan incumbent yang nampaknya berhasil menyakinkan warga Kalimantan Timur dengan rencana-rencana besarnya. Mengharapkan cipratan gizi dari incumbent yang sudah ditetapkan sebagai calon oleh partai besar tentu ibarat mengantang angin. Jangankan kepada partai lain, kepada partai pendukungnya saja belum tentu dia royal.

Jika suasana politik di tingkat nasional sudah mulai menunjukkan geliat panas, nampaknya di Kalimantan Timur akan adem ayem saja. Sepertinya isu pergantian pemimpin tidak menjadi perhatian publik. Entah, barangkali publik berkeyakinan dipimpin oleh siapapun Kalimantan Timur akan tetap begini atau begitu. Kondisi atau kehidupan di Kalimantan Timur tidak ditentukan oleh pemimpin. 

Semoga saja tidak begitu. Sebab dengan segala kemampuannya, sudah terlalu lama kelebihan Kalimantan Timur tidak digunakan untuk membangun dasar-dasar kehidupan yang bisa bertahan dalam waktu yang panjang. Sebut saja salah satunya, misalnya air bersih belum lagi kalau bicara listrik dan energi lainnya. Mestinya masyarakat Kalimantan Timur tak perlu menikmati gas dalam bentuk tabung, melainkan pipa-pipa yang langsung terhubung ke rumah-rumah. 

Namun memang tidak mudah memunculkan sosok pemimpin dalam waktu yang sekejap. Dan problem seperti ini selalu menjadi tantangan bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Meski kita mendasarkan diri pada sistem demokrasi, namun dalam urusan pemimpin tetap saja muncul patron-patron tertentu. Kepemimpinan kita tidak terlalu banyak berubah mulai dari jaman kerajaan, demokrasi terpimpin, demokrasi Pancasila hingga Demokrasi multi partai dan pemilihan langsung.

Akibatnya hari demi hari harapan masyarakat kepada pemimpinnya semakin tipis. Girah kepemimpinan baru memang muncul dalam pemilukada Jakarta. Tapi “Jokowi Effect” kecil kemungkinan akan terjadi di Kaltim atau tempat lainnya di Indonesia. Jokowi Effect adalah peristiwa yang tak akan terulang dan sulit untuk ditiru dan dilestarikan. Sama persis dengan Leonell Messi yang meraih Ballon D’or untuk ke empat kalinya berturut-turut itu.

Padepokan Batu Lumpang, 8 Januari 2012
@yustinus_esha

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum