#TahunbaruHidupbaru
Sebenarnya tidak ada yang berbeda
antara hari yang satu dengan hari yang lain. Namun karena satuan-satuan hari
yang kemudian menjadi periode tahun, pergantian dari satu periode ke periode
lainnya menjadi istimewa. Perayaan tahun baru adalah sebuah tradisi yang
panjang dan pada berbagai bangsa menimbulkan mitos-mitos tertentu yang
diwujudkan dalam sebuah laku yang diharapkan akan menghasilkan kondisi yang
lebih baik di tahun mendatang.
Di balik gebyar dan kemeriahan
perayaan tahun baru, masyarakat di berbagai belahan bumi secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama melakukan kebiasaan turun temurun dalam bentuk ritual
menjelang pergantian tahun. Masyarakat di Brasil yang mempercayai dewa laut,
akan berkumpul di pantai menjelang pergantian tahun dengan baju putih. Mereka
akan ‘melarung’ bunga untuk persembahan kepada dewa laut. Selain itu buah
mangga, pepaya dan semangka akan di kubur dalam pasar pantai.
Di Jepang masyarakat Budhis akan mendengarkan lonceng
yang dibunyikan sebanyak 108 kali. Angka itu melambangkan jumlah dosa manusia
yang dihapuskan sehingga akan mendatangkan kebaikan. Mereka juga akan menyantap
jenis mie tertentu (soba) untuk melambangkan panjang umur. Selain mie mereka
juga akan menyantap tiga jenis masakan awetan.
Masyarakat di Caracas akan
mendengarkan bunyi lonceng gereja katedral Caracas dan kemudian berkumpul
sambil menyanyikan lagu-lagu sedih sebagai kenangan atas tahun yang
berlalu. Sementara masyarakat di Turki
akan menaburkan biji buah delima di pintu-pintu rumah agar hidup berkelimpahan
di tahun yang mendatang dan apa yang diharapkan akan terwujud.
Ada banyak kepercayaan yang unik
terkait dengan perayaan tahun baru. Agar tahun mendatang rejeki datang
berlimpah, masyarakat di Jerman akan mengantongi pecahan uang kertas terbesar
pada saat mengangkat gelas (bersulang) saat pergantian tahun berlalu. Demikian
juga bagi yang mau bepergian di pergantian tahun, harapan atau keinginan akan
terwujud apabila mereka mengelilingi rumah dengan tas kopernya sebelum
berangkat.
Adapula masyarakat tertentu yang
merayakan pergantian tahun dengan kesunyian. Menyalakan lilin ditengah dan
duduk berkeliling sambil bergandengan tangan. Tepat pada saat pergantian waktu
dari tahun lama ke tahun baru, mereka mengucapkan keinginan atau harapan
masing-masing.
Entah apa ritual khusus yang
dilakukan masyarakat di Indonesia saat pergantian tahun dari yang lama ke yang
baru. Sejauh saya ingat di masa kecil dulu, saat pergantian tahun biasanya kami
berkumpul di rumah, di meja makan, bersantap bersama dan kemudian mengungkapkan
harapan dan keinginan masing-masing di masa yang akan datang. Di dalamnya ada
pula janji untuk melakukan ini dan tidak melakukan itu agar menjadi pribadi
yang semakin baik.
Kebiasaan itu kemudian hilang
ketika kami anak-anak mulai tumbuh menjadi remaja, malam pergantian tahun di
isi untuk berkumpul dengan teman-teman, beramai-ramai. Atau ikut misa
pergantian tahun di gereja yang kemudian dilanjutkan dengan kongkow-kongkow
hingga pagi.
Secara umum perayaan tahun baru
di berbagai pelosok Indonesia berisi keramaian publik. Ada panggung hiburan
dimana-mana. Atau masyarakat berkumpul baik dalam lingkaran keluarga maupun
pertemanan, beramai-ramai membunyikan terompet dan membakar mercon serta
kembang api. Hampir tak ada ritual khusus yang mempunyai nilai spiritual. Hanya
sedikit sekali yang melakukan ibadah, pengajian atau misa di malam pergantian
tahun baru.
Di Samarinda misalnya, menjelang
tahun baru selalu ditandai dengan munculnya pedagang jagung muda di berbagai
ruas jalan, tempat pembakaran dan arang kayu. Selain itu ramai pula muncul
pedangan terompet dan aksesories lainnya baik mangkal maupun yang berkeliling.
Pedagang bunyi-bunyian, mercon, kembang api dan lainnya juga tak kurang banyak
jumlahnya.
Malam tahun baru menjadi malam
yang hinggar binggar dan penuh asap. Asap yang berasal dari arang kayu untuk
membakar jagung, ikan dan daging ayam, juga asap yang dihasilkan oleh letusan
kembang api dan mercon di udara. Malam tahun baru juga malam kemacetan di
berbagai ruas jalan. Masyarakat seakan sepakat untuk keluar bersama-sama di
malam tahun baru, berkeliling merasakan keramaian tengah malam.
Malam tahun baru juga malam panen
bagi tempat-tempat hiburan malam yang berlomba-lomba menyemarakkan malam
pergantian tahun dengan berbagai acara. Tempat-tempat hiburan yang pada
hari-hari biasa sepi, pada malam tahun baru panen pengunjung bahkan di beberapa
tempat menimbulkan antrian untuk masuk lantaran ruangan di dalam tak cukup
menampung jumlah pengunjung.
Dan semalam dalam perjalan pulang
dari rumah seorang kawan, di jalan saya menemukan beberapa orang berjongkok
lantaran muntah. Muntah entah karena kebanyakan minum minuman beralkohol atau
lantaran tidak biasa namun memaksa untuk meninumnya demi merayakan malam
pergantian tahun. Hingga jam 2 malam jalanan masih saja ramai, pintu tempat
hiburan malam masih terbuka dan terang benderang. Pendek kata di malam tahun
baru rupanya banyak orang merayakan dengan membuang-buang uang entah dengan
membakarnya atau meneguknya lewat cairan yang membuat pusing kepala.
Selamat merayakan tahun baru dan
semoga tahun depan akan mendatangkan kebaikan untuk kita semua.
Pondok Wiraguna, 1 Januari 2013
@yustinus_esha