Kontemplasi : HASTAG (13)

Senin, 31 Desember 2012

#TahunbaruHidupbaru


Sebenarnya tidak ada yang berbeda antara hari yang satu dengan hari yang lain. Namun karena satuan-satuan hari yang kemudian menjadi periode tahun, pergantian dari satu periode ke periode lainnya menjadi istimewa. Perayaan tahun baru adalah sebuah tradisi yang panjang dan pada berbagai bangsa menimbulkan mitos-mitos tertentu yang diwujudkan dalam sebuah laku yang diharapkan akan menghasilkan kondisi yang lebih baik di tahun mendatang.

Di balik gebyar dan kemeriahan perayaan tahun baru, masyarakat di berbagai belahan bumi secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama melakukan kebiasaan turun temurun dalam bentuk ritual menjelang pergantian tahun. Masyarakat di Brasil yang mempercayai dewa laut, akan berkumpul di pantai menjelang pergantian tahun dengan baju putih. Mereka akan ‘melarung’ bunga untuk persembahan kepada dewa laut. Selain itu buah mangga, pepaya dan semangka akan di kubur dalam pasar pantai.

Di Jepang  masyarakat Budhis akan mendengarkan lonceng yang dibunyikan sebanyak 108 kali. Angka itu melambangkan jumlah dosa manusia yang dihapuskan sehingga akan mendatangkan kebaikan. Mereka juga akan menyantap jenis mie tertentu (soba) untuk melambangkan panjang umur. Selain mie mereka juga akan menyantap tiga jenis masakan awetan.

Masyarakat di Caracas akan mendengarkan bunyi lonceng gereja katedral Caracas dan kemudian berkumpul sambil menyanyikan lagu-lagu sedih sebagai kenangan atas tahun yang berlalu.  Sementara masyarakat di Turki akan menaburkan biji buah delima di pintu-pintu rumah agar hidup berkelimpahan di tahun yang mendatang dan apa yang diharapkan akan terwujud.

Ada banyak kepercayaan yang unik terkait dengan perayaan tahun baru. Agar tahun mendatang rejeki datang berlimpah, masyarakat di Jerman akan mengantongi pecahan uang kertas terbesar pada saat mengangkat gelas (bersulang) saat pergantian tahun berlalu. Demikian juga bagi yang mau bepergian di pergantian tahun, harapan atau keinginan akan terwujud apabila mereka mengelilingi rumah dengan tas kopernya sebelum berangkat.

Adapula masyarakat tertentu yang merayakan pergantian tahun dengan kesunyian. Menyalakan lilin ditengah dan duduk berkeliling sambil bergandengan tangan. Tepat pada saat pergantian waktu dari tahun lama ke tahun baru, mereka mengucapkan keinginan atau harapan masing-masing.

Entah apa ritual khusus yang dilakukan masyarakat di Indonesia saat pergantian tahun dari yang lama ke yang baru. Sejauh saya ingat di masa kecil dulu, saat pergantian tahun biasanya kami berkumpul di rumah, di meja makan, bersantap bersama dan kemudian mengungkapkan harapan dan keinginan masing-masing di masa yang akan datang. Di dalamnya ada pula janji untuk melakukan ini dan tidak melakukan itu agar menjadi pribadi yang semakin baik.

Kebiasaan itu kemudian hilang ketika kami anak-anak mulai tumbuh menjadi remaja, malam pergantian tahun di isi untuk berkumpul dengan teman-teman, beramai-ramai. Atau ikut misa pergantian tahun di gereja yang kemudian dilanjutkan dengan kongkow-kongkow hingga pagi.

Secara umum perayaan tahun baru di berbagai pelosok Indonesia berisi keramaian publik. Ada panggung hiburan dimana-mana. Atau masyarakat berkumpul baik dalam lingkaran keluarga maupun pertemanan, beramai-ramai membunyikan terompet dan membakar mercon serta kembang api. Hampir tak ada ritual khusus yang mempunyai nilai spiritual. Hanya sedikit sekali yang melakukan ibadah, pengajian atau misa di malam pergantian tahun baru.

Di Samarinda misalnya, menjelang tahun baru selalu ditandai dengan munculnya pedagang jagung muda di berbagai ruas jalan, tempat pembakaran dan arang kayu. Selain itu ramai pula muncul pedangan terompet dan aksesories lainnya baik mangkal maupun yang berkeliling. Pedagang bunyi-bunyian, mercon, kembang api dan lainnya juga tak kurang banyak jumlahnya.

Malam tahun baru menjadi malam yang hinggar binggar dan penuh asap. Asap yang berasal dari arang kayu untuk membakar jagung, ikan dan daging ayam, juga asap yang dihasilkan oleh letusan kembang api dan mercon di udara. Malam tahun baru juga malam kemacetan di berbagai ruas jalan. Masyarakat seakan sepakat untuk keluar bersama-sama di malam tahun baru, berkeliling merasakan keramaian tengah malam.

Malam tahun baru juga malam panen bagi tempat-tempat hiburan malam yang berlomba-lomba menyemarakkan malam pergantian tahun dengan berbagai acara. Tempat-tempat hiburan yang pada hari-hari biasa sepi, pada malam tahun baru panen pengunjung bahkan di beberapa tempat menimbulkan antrian untuk masuk lantaran ruangan di dalam tak cukup menampung jumlah pengunjung.

Dan semalam dalam perjalan pulang dari rumah seorang kawan, di jalan saya menemukan beberapa orang berjongkok lantaran muntah. Muntah entah karena kebanyakan minum minuman beralkohol atau lantaran tidak biasa namun memaksa untuk meninumnya demi merayakan malam pergantian tahun. Hingga jam 2 malam jalanan masih saja ramai, pintu tempat hiburan malam masih terbuka dan terang benderang. Pendek kata di malam tahun baru rupanya banyak orang merayakan dengan membuang-buang uang entah dengan membakarnya atau meneguknya lewat cairan yang membuat pusing kepala.

Selamat merayakan tahun baru dan semoga tahun depan akan mendatangkan kebaikan untuk kita semua.

Pondok Wiraguna, 1 Januari 2013
@yustinus_esha

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum