Kontemplasi : HASTAG (12)

Selasa, 11 Desember 2012


#K-POP

Dulu, saya dan teman-teman setiap kali melihat barang baru selalu mencari-cari tulisan yang menunjukkan barang itu buatan mana. Saat itu  yang populer adalah made in Japan dan made in China. Barang buatan Jepang dan China memang lazim dan dikenal semenjak jaman saya kecil dulu. Barang dengan tulisan made in Korea kurang dikenal saat itu meski sebenarnya juga ada. Sebab kalau tak salah bumbu masak Miwon merupakan produk dari korea.

Korea tertanam dalam benak saya karena  pemberitaan tentang perang Korea yang berakhir dengan pemisahan Korea Selatan dan Korea Utara. Dua negara satu nenek moyang yang terus berseteru hingga sekarang. Situasi politik di semenanjung Korea yang kerap memanas karena campur tangan Amerika Serikat dahulu memang banyak mewarnai pemberitaan di televisi.

Secara perlahan Korea kemudian menyaingi ketenaran Jepang dan China dengan produk industrial berupa elektronik dan otomotif. Jika di Indonesia lahir orang-orang kaya yang disebut sebagai konglomerat, di Korea juga muncul fenomena serupa. Lahir chaebol-chaebol, industrialis Korea yang kaya dan juga ternama produknya. Merk-merk seperti KIA, Daewoo, Hyundai, Samsung dan lain sebagainya kini menjadi familiar. Industri otomotif Korea bahkan sempat menjadi kiblat pengembangan industri mobil nasional di masa terakhir pemerintahan Suharto. Dua putra Suharto yaitu Tommy dan Bambang Trihatmojo melahir Timor dan Bimantara Cakra sebagai mobil nasional.  Produk mobil nasional yang tak lebih hanya menganti merk mobil dengan merk lain di Korea itu akhirnya gagal dan tidak berlanjut.

Sekarang ini, produk Korea bukan hanya ternama di Indonesia melainkan mulai menguasai secara mendalam. Gadget produks Samsung sampai terbawa-bawa dalam mimpi ketika diingini, siapa coba yang bisa menolak ketika diberi Samsung Galaxy Note?.

Namun pengaruh terbesar yang benar-benar mencengkeram hingga merubah perilaku adalah gelombang budaya yang disebut sebagai K-Pop. Budaya K-Pop yang pertama masuk melalui serial sinetron produksi Korea dan diteruskan dengan perfomance Boy dan Girls Band-nya membuat generasi MTV, Manga dan Harajuku perlahan-lahan tergusur.  Dangdut yang mulai meredup, kembali naik lewat lagu salah alamat yang dinyanyikan oleh Ayu Ting Ting, penyanyi yang tak ragu-ragu menyebut diri pengemar dan bergaya ala K-Pop. 

Band-Band ternama yang sebelumnya kental mengusung irama pop malayu kemudian tergusur oleh boy dan girls band yang mengusung gerak serta lagu lewat gaya yang persis serupa dengan band Korea. Smash dan Cheribelle adalah dua kelompok band Indonesia bergaya Korea yang sangat populer dan digilai oleh anak-anak dan remaja nusantara. Tingginya animo anak-anak kemudian memunculkan pula kelompok musik Coboy Junior dan Lollypop, sayang kemunculan bocah-bocah ini tak mengusung lagu-lagu sebagaimana dinyanyikan oleh penyanyi-penyanyi bocah pada masa sebelumnya. Coboy Junior misalnya sudah membawakan lagu-lagu yang bertema percintaan.

Penetrasi budaya K-Pop sebenarnya tidak semata-mata karena pasar. K-Pop yang menyebar bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di negara Asia lainnya adalah sebuah langkah sistematis lewat campur tangan politik pemerintahnya. Pemerintah Korea Selatan mengelontorkan dana yang tidak sedikit untuk mendukung perkembangan budaya K-Pop. Dan K-Pop kemudian mencapai level global lewat gaya tari yang disebut dengan “Gangnam Style”. Gang Nam Style membuat orang sedunia menjadi menggila, mengikutinya. Sebuah fenomena yang jarang sekali terjadi, dimana sebuah gaya menari diikuti hampir oleh seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia.

Di layar kaya, berkali-kali kita saksikan para pesohor menarikan atau bergaya ala Gangnam Style. Olahragawan ternama menarikannya kala mencetak goal atau memenangkan pertandingan. Putra David Beckham tersorot kamera tengah ber-gangnam style kala LA Galaxy, klub bola yang diperkuat bapaknya mencetak goal ke gawang lawan. Dan yang lebih luar biasa, dalam penghargaan American Music Awards, hampir semua hadirin ikut menarikan Gangnam Style saat penyanyinya memperoleh penghargaan dari publik musik Amerika.

K-Pop, yang disemai lewat serial sinetron, boy dan girls band dan kini dengan gangnam style di garda depan ibarat ‘hadiah dari Korea untuk dunia”, from Korean to the world. Dan lagi-lagi khalayak negeri kita yang kaya akan unsur gerak dan lagu hanya menjadi penonton, penikmat dan pengembira. Pemerintah telah mencanangkan dekade ini sebagai dekade industri kreatif untuk mengenjot karya-karya kreatif dari Indonesia menuju pentas dunia. Jalan sudah terbuka lebar, lagu dan karya film Indonesia sudah familiar di negera-negara tetangga, kita tinggal membutuhkan satu loncatan untuk bisa berpengaruh secara mondial.

Loncatan yang dalam dunia musik kerap disebut sebagai ‘go internasional’. Sayangnya memang kita belum punya strategi dan kemauan politik serta dukungan pendanaan yang jelas. Kita hanya gemar memukul gong di depan dan setelah itu gemanya hilang ditelan angin.

Pondok Wiraguna, 12 Desember 2012
@yustinus_esha





0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum