Masihkan orang berpikir bahwa tato adalah penanda bagi mahkluk yang cenderung kriminal dan tindik (piercing) adalah peradaban massa silam?.
Minggu, 24 Juli 2011, bertempat di gedung PKM Universitas Mulawarman Samarinda digelar event eksibisi tato. Siapapun yang hadir di tempat itu dengan segera akan merubah persepsi atau pandangan tentang tato dan tindik. Kurang lebih ada 10 tato artist (penato atau tukang tato) yang membuka “lapak” untuk menunjukkan kemampuan dan gaya tato-nya. Dan mayoritas yang di tato adalah perempuan yang wajah dan lagaknya sama sekali tidak seram. Aura yang merebak malah mencerminkan bahwa tato adalah seksi.
Bumi Borneo dan Mentawai adalah daerah yang menyimpan narasi penting dalam catatan perjalanan sejarah tato di Nusantara. Di Borneo, masyarakat Dayak terutama sub etnis Dayak Kenyah (Kayan) dan Dayak Iban mempunyai tradisi menoreh tanda di tubuh. Pada masyarakat Kayan, adalah lazim seorang perempuan di tato. Upacara penatoan dilakukan tatkala si anak perempuan mulai menginjak masa dewasa, atau saat sudah mengalami haid yang pertama. Upacara tato yang rumit dan panjang dimaksudkan untuk memberi penanda tubuh bagi perempuan agar terhindar dari serangan roh jahat. Motif tato yang merupakan perpaduan antara kehidupan manusia, binatang dan tetumbuhan di sekitarnya adalah lambang sekaligus ekpresi harapan atas kesuburan, keamanan (keselamatan), kebajikan dan kesehatan.
Tato pada masyarakat Dayak juga melambangkan harmonisasi antara kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Lewat upacara penatoan, seseorang mendekatkan diri pada yang transeden. Entah kepada para dewa maupun roh nenek moyangnya yang mereka hormati. Tubuh yang ditato bukanlah tubuh kontemporer, melainkan tubuh yang berhubungan dengan kosmos atau dunia, dunia atas, tengah dan bawah.
Meski termasuk sebagai salah satu pioner budaya tato, kini tak banyak lagi masyarakat Dayak yang terampil melakukan tato tradisional mereka, generasi mudanya juga tak lagi sudi ditato layaknya kakek dan nenek mereka. Tato Dayak tergerus oleh modernitas, “tubuh yang bertato” di pandang sebagai tubuh masa silam yang bercorak primitif dan tak cocok untuk masa sekarang. Dan terbukti dalam ekshibisi tato yang diselenggarakan di PKM Unmul tak ada satupun penato tradisional Dayak yang bisa dihadirkan.
Melihat gelaran ekshibisi yang mayoritas di hadiri anak-anak muda dengan “dres code” hitam-hitam, tato di saat ini adalah kontinuitas sekaligus diskontinuitas dari rajah tradisional suku-suku di Nusantara maupun dunia. Kontinuitas karena tato (permanen) dari dulu sampai sekarang adalah sama yaitu memasukkan (dengan berbagai cara) zat pewarna di lapisan bawah kulit tubuh manusia. Sementara diskontinuitas terjadi karena tradisi tato dulu dan sekarang tak lagi berhubungan baik dalam ritual penatoan maupun tujuannya.
Tato kini banyak dilakukan oleh masyarakat urban atas pilihan sukarela atau bebas. Tato tidak lagi dimandatkan oleh aturan atau tradisi dalam sistem kepercayaan atau sosial tertentu. Andaipun ada spirit dibalik penatoan, maka mereka sesungguhnya memilih untuk keluar atau melawan budaya mainstreams lingkungan terdekatnya (keluarga, sekolah, tempat kerja).
Lepas dari itu semua dari dulu sampai sekarang, sesungguhnya tubuh tidak pernah netral. Tubuh selalu diintepretasi sesuai dengan jamannya. Tubuh selalu dijaga, dirawat dan diperindah dengan berbagai cara. Yang paling normal dan biasa adalah ritual bersih-bersih, mandi, keramas, creambath, facial dan lain-lain hingga di lindungi dan diperindah dengan pakaian serta perlengkapan lainnya. Namun sejak jaman dulu pula ada kecenderungan tubuh direkayasa, entah dengan mengurangi atau menambahkan sesuatu.
Semua itu adalah sebuah proses dialog, manusia berdialog dengan tubuhnya sendiri untuk mendapatkan tubuh yang nyaman untuk dirinya sendiri dan syukur-syukur bagi orang lain. Dan tato sebagaimana seseorang merubah (mencat) warna rambut, rebounding dan krol untuk merubah bentuk rambut, memutihkan atau mengelapkan kulit, menyedot lemak agar langsing, merubah bentuk hidung,mengencangkan payudara, mengembalikan keperawanan, merubah kelamin agar selaras antara fisik dan psikis adalah sebuah proses internal, perjalanan mencari jati diri agar seseorang merasa menjadi dirinya sendiri. Kenyamanan pertama adalah ketika kita merasa nyaman dengan tubuh (diri) kita sendiri.
Salam "Tatu" (terluka)
Batu Lumpang 24 Juli 2011
Orang boleh pandai setinggi langit, namun kalau tidak menulis maka akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah (Pram)
Pages
Label:
Kolom
Tato : Dari Apo Kayan ke Samarinda
Borneo Menulis
Senin, 25 Juli 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Cari Blog Ini
Sekolah dan Bengkel Menulis Naladwipa
Merupakan hasil kerjasama Naladwipa Institute, Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Samarinda dan Desantara Foundation. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak muda untuk mengasah wawasan, kepekaan dan ketajaman untuk melihat apa yang terjadi di kesekitarannya.
Menulis Adalah Panggilan Jiwa
Blog ini merupakan wahana bagi peserta sekolah menulis Naladwipa dan Komkep Kasri untuk mempublikasikan tulisannya. Namun tetap terbuka bagi siapapun yang hendak mengirimkan tulisan juga. Silahkan masukkan tulisan ke badan email dan kirim ke borneo.menulis@gmail.com
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Popular Posts
-
Antara Antri IPAD dan Bensin Ketika masih duduk di bangku sekolah, libur kenaikan kelas adalah sebuah kegembiraan yang tidak terkira. Sebu...
-
Daun-daun masih basah, karena tadi sore hujan baru usai menyirami kampung yang berada di tepi sungai Kelian. Kini malam berganti terang pur...
-
Hujan rintik-rintik ditemani senja sedang merayap meraih malam di saat saya memasuki pintu gerbang desa Kutai Lama Kecamatan Anggana Kutai ...
-
Masihkan orang berpikir bahwa tato adalah penanda bagi mahkluk yang cenderung kriminal dan tindik (piercing) adalah peradaban massa silam?. ...
-
Berita merupakan produk aktivitas jurnalistik atas dasar informasi yang berdasar pada fakta. Jika sang jurnalis hadir atau berada dalam sebu...
-
Empat bulan lalu Ardi bersama keluarganya pindah rumah, ke tempat tinggal yang kini adalah miliknya sendiri. Bertahun-tahun Ardi, Esta istr...
-
Media memegang peran penting dalam dinamika sosio kultural di masyarakat. Di tengah iklim yang menindas, media bisa menjadi corong dari peng...
-
Resep apa yang digunakan oleh seseorang sehingga mampu melahirkan tulisan yang menawan. Sederhana saja, ramuan jitu dalam menulis hanya satu...
-
Istilah LSM sebenarnya contradictio in terminis atau korupsi makna. Sebagai sebuah institusi yang dinamai dengan Lembaga Swadaya Masyarakat...
-
Kemacetan tak lagi milik kota-kota metropolitan macam Jakarta, Bandung, Surabaya atau Medan. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang kin...
Ayo Menulis
Jika anda percaya bahwa kata-kata mampu menggerakkan perubahan maka mulailah menulis. Semua pantas ditulis dan perlu untuk dibagikan.
Daftar Link
Partisipan
Arsip Blog
- 06/26 - 07/03 (3)
- 07/03 - 07/10 (3)
- 07/10 - 07/17 (6)
- 07/17 - 07/24 (6)
- 07/24 - 07/31 (12)
- 07/31 - 08/07 (3)
- 08/14 - 08/21 (2)
- 08/28 - 09/04 (2)
- 09/04 - 09/11 (3)
- 10/02 - 10/09 (11)
- 09/02 - 09/09 (10)
- 09/09 - 09/16 (4)
- 09/16 - 09/23 (12)
- 09/23 - 09/30 (8)
- 09/30 - 10/07 (12)
- 10/07 - 10/14 (8)
- 10/14 - 10/21 (10)
- 10/28 - 11/04 (9)
- 11/04 - 11/11 (9)
- 11/11 - 11/18 (10)
- 11/18 - 11/25 (8)
- 11/25 - 12/02 (6)
- 12/02 - 12/09 (3)
- 12/09 - 12/16 (3)
- 12/30 - 01/06 (1)
- 01/06 - 01/13 (5)
Kunjungan
BORNEO MENULIS
0 komentar:
Posting Komentar