Doyan Menyesatkan
Dari jejaring surat elektonik, saya membaca sebuah kabar singkat yang sangat ironik. Tengku Kemal Pasha, antropolog muda yang tulisannya banyak dimuat di media nasional menuliskan dua kejadian yang berlawanan terjadi pada hari yang sama. Tanggal 17 November 2012 di Banda Aceh diadakan peringatan Hari Toleransi Internasional, dan pada hari itu juga, 180 km dari Banda Aceh, tepatnya Plimbang, Bireun penyerbuan
terhadap kelompok pengajian Tengku Ayuib yang dituduh sebagai penyebar ajaran sesat.
Saya sendiri sempat menyaksikan beritanya sekilas melalui saluran televisi.
Dalam pemberitaan disebutkan adanya bentrokkan antara dua kelompok. Dimana kelompok pengajian dianggap telah menyiapkan diri dengan berbagai senjata. Jadi begitu didatangi mereka melawan dan mengakibatkan kelompok yang mendatangi kocar-kacir dan beberapa orang terluka. Berita itu tidak menyebutkan kalau pemimpin pengajian yaitu Tengku Ayuib dan seorang pengikutnya tewas dengan cara dibakar oleh massa yang datang.
Dalam catatan Kemal, di tahun 2010 kelompok penggajian ini pernah diserbu oleh warga atas tuduhan yang sama yaitu menyebarkan ajaran sesat. Namun dalam persidangan yang dilakukan MPU (MUI) Bireun, ternyata tidak ditemukan alasan untuk menganggap kelompok pengajian Tengku Ayuib ini sesat. Ternyata persidangan itu tidak berpengaruh besar pada masyarakat yang terlanjur menetapkan mereka sebagai sesat. Peristiwa tanggal 17 November itu membuktikan kelompok pengajian Tengku Ayuib terus diincar untuk menjadi sasaran pemusnahan.
Kejadian di Plimbang, Bireun Aceh ini menambah daftar panjang semangat dan perilaku anti toleransi pada kelompok intra agama. Meski sama-sama muslim ternyata antara satu kelompok dengan kelompok lainnya terjadi upaya penyesatan.
Persoalan seperti ini menjadi berat terutama untuk para pembela gerakan toleransi. Bersimpati atau berusaha membantu untuk mendudukkan persoalan salah-salah malah dianggap ikut mendukung keberadaan kelompok ‘sesat’. Nah berhadapan dengan kelompok yang gemar melakukan ‘penyesatan’ terhadap orang lain akan sulit untuk melakukan dialog baik berdasar hukum positif, HAM maupun patokan-patokan lainnya. Jika kelompok ini sudah tiba pada keputusan final yaitu menyatakan kelompok lain sebagai ‘sesat’ maka tak ada negosiasi lain diluar kata ‘tumpas dan habiskan’.
Dibandingkan dengan yang terjadi di Ciukesik dan Sampang, peristiwa di Plimbang juga tak kurang kejamnya, karena pemimpin pengajian dan seorang pengikutnya ternyata dibakar hidup-hidup serta tak kurang dari 15 orang terluka parah karena penyerbuan. Padahal terminologi ‘sesat’ yang dipakai oleh para penyerangnya sulit dibuktikan. Apakah karena kita tidak senang kepada seseorang atau sekelompok orang lalu dengan mudahnya mengatakan mereka sebagai sesat.
Dari telaah atas berbagai kejadian penyerbuan atas kelompok tertentu, diketahui bahwa kejadian itu bukanlah laku yang begitu saja terjadi. Sebagian besar direncanakan sehingga kecil kemungkinan tidak diketahui oleh aparat intelejen.
Namun berkali-kali kita melihat bahwa aparat kurang responsif dalam mencegah terjadi peristiwa penyerbuan. Meski bersiap, namun gerak langkah aparat di lapangan tidak ditujukan untuk membuat peristiwa penyerbuan tidak terjadi. Aparat biasanya hanya melokalisir kejadian agar tidak meluas. Maka wajar apabila rentetan kekerasan, pengrusakan, pembakaran dan penghacuran terjadi begitu saja tepat di depan mata aparat.
Saya meyakini tidak ada satupun warga bangsa ini yang setuju ada seseorang dibakar hidup-hidup hanya dengan sebuah tuduhan yang tak dibuktikan kebenarannya.
Namun ternyata peristiwa seperti itu terus terjadi berkali-kali. Padahal hukum kita mengatur persoalan itu. Kalau benar seseorang atau sekelompok orang melakukan ‘penistaan agama’ baik pada agama sendiri maupun agama orang lain, negara berhak melakukan tindakan.
Lalu kenapa masyarakat, massa atau kelompok tertentu melakukan tindakan sendiri, menghakimi yang lainnya dengan tindakan di luar dan melanggar hukum serta kemanusiaan. Saya mencurigai ada motif-motif lain yang disembunyikan dibalik alasan menjaga ajaran agama. Dan apabila benar demikian, maka sesungguhnya yang ‘sesat’ adalah mereka-mereka yang gemar ‘menyesatkan’ pihak lainnya.
Pondok
Wiraguna, 21 November 2012
@yustinus_esha
Orang boleh pandai setinggi langit, namun kalau tidak menulis maka akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah (Pram)
Pages
Label:
Kolom
Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (98)
Borneo Menulis
Selasa, 20 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Cari Blog Ini
Sekolah dan Bengkel Menulis Naladwipa
Merupakan hasil kerjasama Naladwipa Institute, Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Samarinda dan Desantara Foundation. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak muda untuk mengasah wawasan, kepekaan dan ketajaman untuk melihat apa yang terjadi di kesekitarannya.
Menulis Adalah Panggilan Jiwa
Blog ini merupakan wahana bagi peserta sekolah menulis Naladwipa dan Komkep Kasri untuk mempublikasikan tulisannya. Namun tetap terbuka bagi siapapun yang hendak mengirimkan tulisan juga. Silahkan masukkan tulisan ke badan email dan kirim ke borneo.menulis@gmail.com
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Popular Posts
-
Antara Antri IPAD dan Bensin Ketika masih duduk di bangku sekolah, libur kenaikan kelas adalah sebuah kegembiraan yang tidak terkira. Sebu...
-
Daun-daun masih basah, karena tadi sore hujan baru usai menyirami kampung yang berada di tepi sungai Kelian. Kini malam berganti terang pur...
-
Hujan rintik-rintik ditemani senja sedang merayap meraih malam di saat saya memasuki pintu gerbang desa Kutai Lama Kecamatan Anggana Kutai ...
-
Masihkan orang berpikir bahwa tato adalah penanda bagi mahkluk yang cenderung kriminal dan tindik (piercing) adalah peradaban massa silam?. ...
-
Berita merupakan produk aktivitas jurnalistik atas dasar informasi yang berdasar pada fakta. Jika sang jurnalis hadir atau berada dalam sebu...
-
Empat bulan lalu Ardi bersama keluarganya pindah rumah, ke tempat tinggal yang kini adalah miliknya sendiri. Bertahun-tahun Ardi, Esta istr...
-
Media memegang peran penting dalam dinamika sosio kultural di masyarakat. Di tengah iklim yang menindas, media bisa menjadi corong dari peng...
-
Resep apa yang digunakan oleh seseorang sehingga mampu melahirkan tulisan yang menawan. Sederhana saja, ramuan jitu dalam menulis hanya satu...
-
Istilah LSM sebenarnya contradictio in terminis atau korupsi makna. Sebagai sebuah institusi yang dinamai dengan Lembaga Swadaya Masyarakat...
-
Kemacetan tak lagi milik kota-kota metropolitan macam Jakarta, Bandung, Surabaya atau Medan. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang kin...
Ayo Menulis
Jika anda percaya bahwa kata-kata mampu menggerakkan perubahan maka mulailah menulis. Semua pantas ditulis dan perlu untuk dibagikan.
Daftar Link
Partisipan
Arsip Blog
- 06/26 - 07/03 (3)
- 07/03 - 07/10 (3)
- 07/10 - 07/17 (6)
- 07/17 - 07/24 (6)
- 07/24 - 07/31 (12)
- 07/31 - 08/07 (3)
- 08/14 - 08/21 (2)
- 08/28 - 09/04 (2)
- 09/04 - 09/11 (3)
- 10/02 - 10/09 (11)
- 09/02 - 09/09 (10)
- 09/09 - 09/16 (4)
- 09/16 - 09/23 (12)
- 09/23 - 09/30 (8)
- 09/30 - 10/07 (12)
- 10/07 - 10/14 (8)
- 10/14 - 10/21 (10)
- 10/28 - 11/04 (9)
- 11/04 - 11/11 (9)
- 11/11 - 11/18 (10)
- 11/18 - 11/25 (8)
- 11/25 - 12/02 (6)
- 12/02 - 12/09 (3)
- 12/09 - 12/16 (3)
- 12/30 - 01/06 (1)
- 01/06 - 01/13 (5)
Kunjungan
BORNEO MENULIS
0 komentar:
Posting Komentar