Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (98)

Selasa, 20 November 2012

Doyan Menyesatkan

Dari jejaring surat elektonik, saya membaca sebuah kabar singkat yang sangat ironik. Tengku Kemal Pasha, antropolog muda yang tulisannya banyak dimuat di media nasional menuliskan dua kejadian yang berlawanan terjadi pada hari yang sama. Tanggal 17 November 2012 di Banda Aceh diadakan peringatan Hari Toleransi Internasional, dan pada hari itu juga, 180 km dari Banda Aceh, tepatnya Plimbang, Bireun penyerbuan terhadap kelompok pengajian Tengku Ayuib yang dituduh sebagai penyebar ajaran sesat.

Saya sendiri sempat menyaksikan beritanya sekilas melalui saluran televisi.
Dalam pemberitaan disebutkan adanya bentrokkan antara dua kelompok. Dimana kelompok pengajian dianggap telah menyiapkan diri dengan berbagai senjata. Jadi begitu didatangi mereka melawan dan mengakibatkan kelompok yang mendatangi kocar-kacir dan beberapa orang terluka. Berita itu tidak menyebutkan kalau pemimpin pengajian yaitu Tengku Ayuib dan seorang pengikutnya tewas dengan cara dibakar oleh massa yang datang.

Dalam catatan Kemal, di tahun 2010 kelompok penggajian ini pernah diserbu oleh warga atas tuduhan yang sama yaitu menyebarkan ajaran sesat. Namun dalam persidangan yang dilakukan MPU (MUI) Bireun, ternyata tidak ditemukan alasan untuk menganggap kelompok pengajian Tengku Ayuib ini sesat. Ternyata persidangan itu tidak berpengaruh besar pada masyarakat yang terlanjur menetapkan mereka sebagai sesat. Peristiwa tanggal 17 November itu membuktikan kelompok pengajian Tengku Ayuib terus diincar untuk menjadi sasaran pemusnahan. Kejadian di Plimbang, Bireun Aceh ini menambah daftar panjang semangat dan perilaku anti toleransi pada kelompok intra agama.  Meski sama-sama muslim ternyata antara satu kelompok dengan kelompok lainnya terjadi upaya penyesatan.

Persoalan seperti ini menjadi berat terutama untuk para pembela gerakan toleransi. Bersimpati atau berusaha membantu untuk mendudukkan persoalan salah-salah malah dianggap ikut mendukung keberadaan kelompok ‘sesat’. Nah berhadapan dengan kelompok yang gemar melakukan ‘penyesatan’ terhadap orang lain akan sulit untuk melakukan dialog baik berdasar hukum positif, HAM maupun patokan-patokan lainnya. Jika kelompok ini sudah tiba pada keputusan final yaitu menyatakan kelompok lain sebagai ‘sesat’ maka tak ada negosiasi lain diluar kata ‘tumpas dan habiskan’.

Dibandingkan dengan yang terjadi di Ciukesik dan Sampang, peristiwa di Plimbang juga tak kurang kejamnya, karena pemimpin pengajian dan seorang pengikutnya ternyata dibakar hidup-hidup serta tak kurang dari 15 orang terluka parah karena penyerbuan. Padahal terminologi ‘sesat’ yang dipakai oleh para penyerangnya sulit dibuktikan. Apakah karena kita tidak senang kepada seseorang atau sekelompok orang lalu dengan mudahnya mengatakan mereka sebagai sesat.

Dari telaah atas berbagai kejadian penyerbuan atas kelompok tertentu, diketahui bahwa kejadian itu bukanlah laku yang begitu saja terjadi. Sebagian besar direncanakan sehingga kecil kemungkinan tidak diketahui oleh aparat intelejen.

Namun berkali-kali kita melihat bahwa aparat kurang responsif dalam mencegah terjadi peristiwa penyerbuan. Meski bersiap, namun gerak langkah aparat di lapangan tidak ditujukan untuk membuat peristiwa penyerbuan tidak terjadi. Aparat biasanya hanya melokalisir kejadian agar tidak meluas. Maka wajar apabila rentetan kekerasan, pengrusakan, pembakaran dan penghacuran terjadi begitu saja tepat di depan mata aparat. Saya meyakini tidak ada satupun warga bangsa ini yang setuju ada seseorang dibakar hidup-hidup hanya dengan sebuah tuduhan yang tak dibuktikan kebenarannya.

Namun ternyata peristiwa seperti itu terus terjadi berkali-kali. Padahal hukum kita mengatur persoalan itu. Kalau benar seseorang atau sekelompok orang melakukan ‘penistaan agama’ baik pada agama sendiri maupun agama orang lain, negara berhak melakukan tindakan. Lalu kenapa masyarakat, massa atau kelompok tertentu melakukan tindakan sendiri, menghakimi yang lainnya dengan tindakan di luar dan melanggar hukum serta kemanusiaan. Saya mencurigai ada motif-motif lain yang disembunyikan dibalik alasan menjaga ajaran agama. Dan apabila benar demikian, maka sesungguhnya yang ‘sesat’ adalah mereka-mereka yang gemar ‘menyesatkan’ pihak lainnya. Pondok

Wiraguna, 21 November 2012
@yustinus_esha

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum