E-KTP Eeeee....... Kok Nda Jadi-jadi
Setiap manusia sebagai ciptaan bernilai sama di hadapan Tuhan dan sesama, demikian ringkasnya ajaran mulia yang saya yakin diterima oleh sebagian besar dari kita tanpa protes. Hanya saja jumlah manusia yang amat banyak ini justru perlu pembeda, dan itulah yang disebut sebagai identitas. Identitas kemudian dimaterialisasi dalam bentuk untuk pertama adalah selembar surat atau akta lahir. Dan kemudian pada umur tertentu seseorang di Indonesia misalnya akan memperoleh selembar kartu yang disebut dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk), namun tak berarti yang belum punya KTP dianggap bukan penduduk.
Proyek identitas ini di Indonesia adalah proyek jangka panjang yang belum tuntas-tuntas sampai sekarang. Bertahun-tahun lalu kita menyadari ada persoalan besar terkait dengan identitas dalam konteks kependudukan, hingga lahirlah sebuah keinginan untuk memberi identitas tunggal pada masing-masing orang atau istilah kerennya Single Identification Number. Proyek ini kemudian diejawantahkan dalam E-KTP.
Sebuah proyek yang sejak awal ramai diperbincangkan dan entah apa kabarnya saat ini.
Saya sendiri pernah ikut-ikutan heboh terkena demam E-KTP, sampai gelisah menunggu undangan untuk pemotretan yang tidak sampai-sampai. Di kantor kecamatan saya melihat betapa ramai dan antusias orang untuk berfoto, merekam sidik jari dan retina mata untuk menjadi penanda yang sahih bagi kartu identitas yang baru. Seperti namanya yang mengandung istilah E, istilah yang merujuk pada teknologi komunikasi dan informasi, layanan pembuatan E KTP akan berhenti apabila jaringan internet lemot dan listrik mati.
Kini enam bulan lebih waktu telah saya lewati dan tak ada kabar kapan E KTP saya akan jadi. Pernah beberapa bulan lalu saya mendapat semacam pemberitahuan untuk mengambil E KTP saya di kecamatan. Dan penuh semangat saya pergi namun ternyata belum jadi juga. Konon E KTP ini diproses di Jakarta, sehingga wujud dalam bentuk selembar kartu identitas juga dicetak disana lalu dikirim dalam bentuk paket ke masing-masing daerah. Nah, akibat kelalaian pengirimnya konon E KTP yang sudah jadi banyak yang tersesat ke daerah lain.
E KTP sebagai sebuah proyek nasional, nasib dan kelakuannya tidak jauh berbeda dengan proyek-proyek nasional (massal) lainnya yang memang kerap kali tidak terkontrol dengan baik, tersendat-sendat dan sulit diprotes karena melibatkan banyak pihak yang kesemuanya jago ‘ngeles’. Secara sepintas proyek E KTP ini untuk saya sangat menguntungkan bagi produsen kamera Canon. Namun untuk saya patut disyukuri, dimana seri 1000D mengalami penurunan harga yang significan sehingga terjangkau oleh para ‘newbie’ dalam dunia fotografi. Bahkan kemudian Canon mengeluarkan seri 1100D dengan kemampuan yang mungkin lebih hebat dari 1000D namun harganya jauh lebih bersahabat.
Kembali ke soal E KTP, kolom-kolom informasi di dalamnya yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk dicantumkan dalam lembarnya ternyata masih disertakan. Kolom seperti agama, status perkawinan dan pekerjaan misalnya ternyata masih muncul. Menurut saya seharusnya kolom seperti ini tak perlu ada. Apa kepentingannya coba?. Untuk apa informasi tentang agama, kawin atau belum kawin, kerjanya apa untuk menjadi syarat agar kita dianggap penduduk yang sah, bisa memberi suara dalam pemilukada, mendapat santunan dari pemerintah, dan berbeda dengan orang lainnya. Identitas sebagai pembeda antara satu orang dengan orang lainnya toh sudah cukup hanya dengan nama, tanggal lahir, alamat, tanda tangan, foto, juga bio identity seperti sidik jari dan rekaman retina mata.
Untuk apa orang ditandai dengan agama yang dianutnya, toh bisa saja agamanya berubah bahkan bisa jadi seseorang tidak beragama sebagaimana ditentukan oleh negara. Kolom agama bahkan bisa memancing diskriminasi, misalnya dalam urusan tertentu, pengurusnya sentimen pada agama tertentu sehingga ketika menemukan KTP dengan agama itu maka pemegangnya akan dipersulit.
Yang terpenting dari KTP sebenarnya justru nomor identitas kependudukan yang sulit dipalsukan atau digandakan, itu saja. Sehingga mestinya KTP seringkas kartu kredit atau kartu ATM yang kerap hanya memuat nama dan seri nomor tertentu secara kasat mata di lembar kartunya. Informasi lain disimpan dalam microchip yang ada di kartu itu dan tidak perlu diketahui oleh orang lain kecuali oleh mereka yang ditugaskan mengoperasikan alat baca (validasi) untuk kartu itu.
KTP sebagai kartu identitas tak perlu diberi tugas lain atau diboncengi kepentingan lain seperti sebagai pendataan jumlah penduduk yang beragama tertentu. Pendataan yang konon penting untuk menghitung barangkali uang pembinaan pada masing-masing agama termasuk kepentingan pendirian rumah ibadah agama dimana ada ketentuan untuk mendirikan rumah ibadah perlu jumlah tertentu dari pengikutnya. Sebuah kebijakan yang aneh karena Tuhan dan Negara berharap kita taat beribadah namun untuk mendirikan rumah ibadah syaratnya justru tak terkait dengan keinginan untuk beribadah. Mestinya berdiri atau tidaknya rumah ibadah tergantung pada kemauan dan kemauan pengikut agama itu bukan pada hitung-hitungan jumlah pengikutnya.
Seorang teman saya pernah mengungkapkan gurauan (yang sebenarnya adalah keprihatinan) bahwa aturan seperti ini akan menyulitkan orang Kristen Protestan. Teman ini memelesetkan ayat dengan mengatakan di kalangan umat protestan ‘Barang 2 atau 3 orang berkumpul maka akan berdiri gereja”, seharusnya ayat itu ‘Barang 2 atau 3 orang berkumpul Tuhan akan hadir”. Dengan ragam gereja protestan bak bintang di langit maka banyak denominasi atau persekutuan gereja protestan sulit mendirikan gereja karena terganjal aturan negara tentang pendirian rumah ibadah.
Wah, sudah melantur saya ini, masak dari E KTP malah berkembang ke rumah ibadah. Sebaiknya saya hentikan saja tulisan ini sampai disini dengan doa “Ya Tuhan, semoga E KTP saya cepat jadi hingga bersemayam di dompet saya yang tipis ini”.
Pondok Wiraguna, 13 November 2012
@yustinus_esha
Orang boleh pandai setinggi langit, namun kalau tidak menulis maka akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah (Pram)
Pages
Label:
Kolom
Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (87)
Borneo Menulis
Senin, 12 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Cari Blog Ini
Sekolah dan Bengkel Menulis Naladwipa
Merupakan hasil kerjasama Naladwipa Institute, Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Samarinda dan Desantara Foundation. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak muda untuk mengasah wawasan, kepekaan dan ketajaman untuk melihat apa yang terjadi di kesekitarannya.
Menulis Adalah Panggilan Jiwa
Blog ini merupakan wahana bagi peserta sekolah menulis Naladwipa dan Komkep Kasri untuk mempublikasikan tulisannya. Namun tetap terbuka bagi siapapun yang hendak mengirimkan tulisan juga. Silahkan masukkan tulisan ke badan email dan kirim ke borneo.menulis@gmail.com
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Popular Posts
-
Antara Antri IPAD dan Bensin Ketika masih duduk di bangku sekolah, libur kenaikan kelas adalah sebuah kegembiraan yang tidak terkira. Sebu...
-
Daun-daun masih basah, karena tadi sore hujan baru usai menyirami kampung yang berada di tepi sungai Kelian. Kini malam berganti terang pur...
-
Hujan rintik-rintik ditemani senja sedang merayap meraih malam di saat saya memasuki pintu gerbang desa Kutai Lama Kecamatan Anggana Kutai ...
-
Masihkan orang berpikir bahwa tato adalah penanda bagi mahkluk yang cenderung kriminal dan tindik (piercing) adalah peradaban massa silam?. ...
-
Berita merupakan produk aktivitas jurnalistik atas dasar informasi yang berdasar pada fakta. Jika sang jurnalis hadir atau berada dalam sebu...
-
Empat bulan lalu Ardi bersama keluarganya pindah rumah, ke tempat tinggal yang kini adalah miliknya sendiri. Bertahun-tahun Ardi, Esta istr...
-
Media memegang peran penting dalam dinamika sosio kultural di masyarakat. Di tengah iklim yang menindas, media bisa menjadi corong dari peng...
-
Resep apa yang digunakan oleh seseorang sehingga mampu melahirkan tulisan yang menawan. Sederhana saja, ramuan jitu dalam menulis hanya satu...
-
Istilah LSM sebenarnya contradictio in terminis atau korupsi makna. Sebagai sebuah institusi yang dinamai dengan Lembaga Swadaya Masyarakat...
-
Kemacetan tak lagi milik kota-kota metropolitan macam Jakarta, Bandung, Surabaya atau Medan. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang kin...
Ayo Menulis
Jika anda percaya bahwa kata-kata mampu menggerakkan perubahan maka mulailah menulis. Semua pantas ditulis dan perlu untuk dibagikan.
Daftar Link
Partisipan
Arsip Blog
- 06/26 - 07/03 (3)
- 07/03 - 07/10 (3)
- 07/10 - 07/17 (6)
- 07/17 - 07/24 (6)
- 07/24 - 07/31 (12)
- 07/31 - 08/07 (3)
- 08/14 - 08/21 (2)
- 08/28 - 09/04 (2)
- 09/04 - 09/11 (3)
- 10/02 - 10/09 (11)
- 09/02 - 09/09 (10)
- 09/09 - 09/16 (4)
- 09/16 - 09/23 (12)
- 09/23 - 09/30 (8)
- 09/30 - 10/07 (12)
- 10/07 - 10/14 (8)
- 10/14 - 10/21 (10)
- 10/28 - 11/04 (9)
- 11/04 - 11/11 (9)
- 11/11 - 11/18 (10)
- 11/18 - 11/25 (8)
- 11/25 - 12/02 (6)
- 12/02 - 12/09 (3)
- 12/09 - 12/16 (3)
- 12/30 - 01/06 (1)
- 01/06 - 01/13 (5)
Kunjungan
BORNEO MENULIS
0 komentar:
Posting Komentar