Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (86)

Senin, 12 November 2012


Gunung  : Tak Kan Lari Walau Dikejar

Sejak kecil saya mengemari kegiatan petualangan di alam bebas, lintas alam begitulah saya dan teman-teman menyebutnya dahulu. Saking bersemangatnya ketika SMP dulu, saya dan ke empat teman lain sampai mbolos sekolah hanya untuk mengikuti lomba lintas alam yang diselenggarakan oleh KNPI dalam rangka peringatan hari kemerdekaan RI.

Berbekal kostum yang digambar sendiri dengan spidol besar, berlima kami memacu langkah, menelusuri jalanan menuju perbukitan, menuruni lembah, menyebrang sungai, berlari di pematang sawah menempuh jarak puluhan kilo meter yang membentang di tiga kecamatan. Hasilnya sebelum mencapai finish, kami berlima giliran terkena kram.

Setiap hari minggu, saya dan teman-teman sering memanfaatkan waktu untuk menelusuri berbagai perbukitan yang jaraknya tak jauh dari tempat tinggal saya. Terkadang kami naik dari sisi barat kampung dan pulang dari sisi timur kampung dengan badan perih, penuh bilur lantaran tersayat rumput-rumput tajam. Meski lelah tetapi selalu menyenangkan, karena di atas perbukitan itu ada buah-buahan yang bisa dipetik seperti jambu kluthuk (jambu biji), jambu monyet, asam dan duwet.

Meski gemar berpetualangan, naik turun bukit, tapi tak pernah sekalipun saya bergabung dengan kelompok pencinta alam. Saya melakukan kegemaran berpetualang di alam bebas secara bebas, hanya bersama gerombolan teman-teman yang punya kegemaran serupa.

Mendaki gunung yang sesungguhnya untuk kali pertama justru terjadi di Sulawesi Utara. Gunung pertama yang saya daki adalah gunung Klabat. Dengan pengetahuan yang terbatas dan persiapan yang minim, gunung ternama di Sulawesi Utara itu saya daki bersama lima teman lainnya. Meski perlahan akhirnya kami bisa sampai puncak dalam keadaan kedinginan lantaran tak membawa jaket tebal dan tenda. Sepulang dari pendakian itu, salah seorang teman terkapar di tempat tidur lantaran terserang malaria.

Gunung berikutnya yang saya daki adalah Gunung Soputan, gunung api yang masih aktif namun tak terlalu tinggi. Hanya saja perjalanannya untuk mencapai puncaknya terasa jauh. Siang hari menelusuti bebukitan hingga sampai di pos istirahat berupa kawasan hutan pinus. Disana kami mendirikan tenda untuk istirahat menunggu subuh untuk kemudian berjalan mendaki hingga puncaknya. Gunung Soputan adalah gunung favorit untuk pendakian, tak heran jika pos istirahat terasa selalu ramai. Banyak yang tinggal berkemah sampai berhari-hari lamanya. Soal kebutuhan makanan dan minuman, tak perlu dikhawatirkan, sebab siapapun yang telah terbiasa tak butuh waktu lama untuk turun naik dari pos istirahat ke kampung di kaki gunung itu.

Setelah Soputan, gunung lain yang saya daki adalah gunung Mahawu, Masarang dan Lokon. Ketikanya adalah gunung yang terletak di Kota Tomohon dan bukanlah gunung yang tinggi. Ketika gunung ini adalah lokasi yang cocok untuk melakukan olahraga hiking, karena tak butuh waktu lama untuk naik dan menuruninya.

Pengalaman pendakian terakhir dan sekaligus paling berkesan adalah pendakian di Gunung Lokon Tua. Saat itu saya tengah terlibat dalam kampanye pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan. Saat mengambil fokus kampanye tentang Non Timber Forest Product (hasil hutan non kayu), saya mengikuti kegiatan pencari rotan di Gunung Lokon Tua.
Berangkat bersama pencari rotan, berbekal beras dan bumbu dapur serta gula kopi, kami menaiki badan gunung perlahan sambil memperhatikan kanan kiri menandai di mana nanti rotan yang akan diambil. Dalam perjalanan pencari rotan menyempatkan menebang beberapa ruas bambu, ternyata untuk mengambil air yang ada di ruas batang bambu. Air itu dimasukkan dalam jerigen, karena haus saya langsung menenggak air dari potongan ruas bambu dan ternyata segar rasanya.

Ketika matahari mulai redup, kami sampai di puncak. Segera kami menyiapkan tempat untuk dipakai bermalam. Satu lembar terpal dihamparkan dan selembar lainnya dijadikan atap. Dingin mulai berhembus, dan dengan tungku darurat mulailah pencari rotan memasak air panas untuk membuat kopi. Beberapa orang lain mencari dedauanan dan batang bambu, ternyata daun dan bambu dipakai untuk memasak nasi dan juga sayuran dari dedaunan yang ada di hutan. Malam itu kami menyantap nasi dan sayur yang dimasak diatas gunung, sementara lauknya adalah bekal yang dibawa dari kampung.

Setelah bersantap dan hari mulai gelap beberapa pencari rotan mulai sibuk memasang jaring untuk menjerat kelelawar. Ada juga yang mulai membuat bunyi-bunyian dengan mengesekkan batang bambu pada parang, konon bunyi itu untuk memancing tikus keluar dari persembunyiannya. Tikus hutan atau kawo’ adalah binatang buruan favorit bagi orang Minahasa. Tikus dengan ujung ekornya berwarna putih adalah salah satu jenis santapan istimewa.  Selain dijerat atau dijebak dengan perangkap, cara menangkap tikus ini adalah dengan ditembak memakai senapan angin. Tikus yang ada di dahan jika tersorot lampu akan diam, dan saat itulah bidikkan diarahkan. Harus tepat agar ketika terjatuh tikus itu sekarat atau mati, kalau tidak maka akan lari dan susah ditemukan.

Bermalam di gunung, beratap langit dalam buaian aneka suara membuat saya belajar betapa kecilnya diri kita di hadapan alam. Meski demikian kita akan nyaman apabila mampu menjadi bagian dari alam, menikmati segenap berkah kehidupan yang dibawa olehnya. Dengan pelajaran ‘camping’ di alam bebas, saya menemukan bahwa alam menyediakan apa yang kita butuhkan dengan berbagai cara dan cukup atau tidaknya akan tergantung dari bagaimana cara kita memanfaatkannya. Rotan di gunung Lokon Tua yang tidak terlalu banyak jenisnya mampu menghidupi keluarga para pencari rotan. Om Atik adalah salah satunya, laki-laki berusia 50 tahunan ini terus mewariskan tata cara pemanenan rotan, agar rotan-rotan itu terus ada dan membuat dapur mereka tetap mengepul dan kehidupan terus berputar.

Atas salah satu cara, meski tanpa belajar dan menjadi aktivis lingkungan hidup, Om Atik telah mempraktekkan langkah ‘pengelolaan pegunungan yang berkelanjutan’.

Pondok Wiraguna, 12 November 2012
@yustinus_esha

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum