Sang Koster di Twitland
Saya yakin sebagian dari kita mengenal istilah macan forum, sebuah sebutan bagi seseorang yang selalu bicara berapi-api, panjang dan penuh semangat dalam setiap pertemuan. Penting maupun tidak penting, relevan atau tidak relevan, bukan itu ukurannya. Macan forum menugaskan pada dirinya sendiri harus menyumbangkan suara dalam setiap pertemuan yang dihadirinya.
Macan forum masuk dalam kategori kaum vocalis, yang menyakini bahwa dirinya berarti apabila aktif ketika berada dalam sebuah kerumunan. Saat berada di dalam kelas, ketika belum saatnya diberi kesempatan untuk bertanya, sudah lebih dahulu mengacungkan tangan menyela penjelasan guru. Dalam rapat, ketika pemimpin baru membuka rapat, tangannya sudah diacungkan untuk meminta waktu, menginterupsi penjelasan yang belum jelas kemana arahnya.
Kerap kali saya merasa jengkel dengan jenis manusia semacam ini, para macan forum yang merasa pintar dan aktif dengan cara cepat-cepat mengacungkan tangan, mengumbar kata-kata yang hampir tak pernah singkat dan padat. Namun terkadang saya kagum juga pada kemampuan bicara, memutar kata, mencari pembenaran atas alasan dan seterusnya. Banyak kali para vocalis ini memang nampak pintar, membaca banyak buku karena dalam pembicaraan mereka kerap kali menyertakan kutipan kata atau pemikiran dari orang ini dan itu.
Namun pengalaman saya kerap kali mengatakan yang sebaliknya, justru mereka yang kerap kali diam, duduk dan menyimak dalam pertemuan-pertemuan ternyata mempunyai pengetahuan yang jauh lebih banyak dan dalam. Kaum pendiam ini kerap disebut sebagai manusia jenis ‘koster’. Koster adalah sebutan untuk penjaga gereja, selain menjaga kebersihan, koster juga melayani pastor/pendeta dalam mempersiapkan ibadah-ibadah atau kegiatan rohani lainnya. Koster adalah orang yang paling tahu seluk beluk gereja, tetapi tidak pernah bicara tentang gereja dan tidak juga pernah dimintai pendapat tentang problematika yang terkait dengan gereja.
Nah di masyarakat kita sebetulnya banyak tersembunyi jenis manusia ‘koster’, yang tidak pernah bicara maupun diminta pendapatnya meski dia tahu banyak tentang persoalan dalam masyarakat. Maka jika suatu saat sang koster ini punya kesempatan, tak bisa menghindar dan terpaksa bicara banyak orang akan terkejut mendengar paparannya. Kemudian banyak yang berujar, “Eh, selama ini saudara kemana saja, kok tak terdengar suaranya, padahal apa yang saudara katakan tadi adalah apa yang benar-benar kita butuhkan”.
Beruntung kini dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, tersedia saluran bicara dan berkata-kata dalam rupa jejaring sosial. Perkembangan yang mencelakakan kaum vocalis karena jejaring sosial tidak banyak memberi ruang panjang untuk kata-kata yang berlarat-larat. Vocalis di media sosial juga dengan mudah direspon oleh orang lain. Respon yang lebih lugas karena hambatan psikologis relatif terhapus di media sosial. Seseorang tidak mudah terintimidasi oleh kedudukan, tampilan dan aneka hal fisik lainnya sebagaimana lazim ada dalam pertemuan tatap muka.
Media sosial menjadi kesempatan bagi kaum koster untuk mengungkapkan pendapat dan gagasan-gagasan mereka. Maka tak heran jika kemudian kita menemukan seseorang yang dalam kehidupan sehari-hari pendiam, tak banyak bicara dan jarang memberikan pendapat ternyata menjadi seseorang yang sangat rajin berkicau di twitland.
Kehadiran sosial media memang membuat ruang publik menjadi semakin demokratis.
Hambatan sosial, kultural dan psikologis semakin terkikis. Ruang kesemena-menaan tak dengan leluasa dipraktekkan. Kata-kata seperti siapa loe, nggak kenal gue ya, dengan mudah ditangkis bahkan membuat siapapun yang mengucapkannya bakal menyesal. Sebab bukannya orang menjadi takut, melainkan malah bisa balik dihajar oleh banyak orang, salah-salah malah borok dirinya sendiri bakal diumbar oleh orang lain.
Akhirnya saya menghimbau kepada para pengambil kebijakan, para pelayan publik, pelayan umat dan jemaat untuk rajin-rajin memantau sosial media. Karena disana voice of voicelless ditemukan, mengatakan hal yang sebenarnya tanpa keinginan untuk mendapat imbalan ini dan itu.
Dan mulailah tutup telinga terhadap bisik-bisik di sekitar anda, bisik-bisik atau teriak-teriakkan keras dengan kata-kata yang tidak dipikir dalam-dalam.
Pondok Wiraguna, 3 November 2012
@yustinus_esha
Orang boleh pandai setinggi langit, namun kalau tidak menulis maka akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah (Pram)
Pages
Label:
Kolom
Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (73)
Borneo Menulis
Sabtu, 03 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Cari Blog Ini
Sekolah dan Bengkel Menulis Naladwipa
Merupakan hasil kerjasama Naladwipa Institute, Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Samarinda dan Desantara Foundation. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak muda untuk mengasah wawasan, kepekaan dan ketajaman untuk melihat apa yang terjadi di kesekitarannya.
Menulis Adalah Panggilan Jiwa
Blog ini merupakan wahana bagi peserta sekolah menulis Naladwipa dan Komkep Kasri untuk mempublikasikan tulisannya. Namun tetap terbuka bagi siapapun yang hendak mengirimkan tulisan juga. Silahkan masukkan tulisan ke badan email dan kirim ke borneo.menulis@gmail.com
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Popular Posts
-
Antara Antri IPAD dan Bensin Ketika masih duduk di bangku sekolah, libur kenaikan kelas adalah sebuah kegembiraan yang tidak terkira. Sebu...
-
Daun-daun masih basah, karena tadi sore hujan baru usai menyirami kampung yang berada di tepi sungai Kelian. Kini malam berganti terang pur...
-
Hujan rintik-rintik ditemani senja sedang merayap meraih malam di saat saya memasuki pintu gerbang desa Kutai Lama Kecamatan Anggana Kutai ...
-
Masihkan orang berpikir bahwa tato adalah penanda bagi mahkluk yang cenderung kriminal dan tindik (piercing) adalah peradaban massa silam?. ...
-
Berita merupakan produk aktivitas jurnalistik atas dasar informasi yang berdasar pada fakta. Jika sang jurnalis hadir atau berada dalam sebu...
-
Empat bulan lalu Ardi bersama keluarganya pindah rumah, ke tempat tinggal yang kini adalah miliknya sendiri. Bertahun-tahun Ardi, Esta istr...
-
Media memegang peran penting dalam dinamika sosio kultural di masyarakat. Di tengah iklim yang menindas, media bisa menjadi corong dari peng...
-
Resep apa yang digunakan oleh seseorang sehingga mampu melahirkan tulisan yang menawan. Sederhana saja, ramuan jitu dalam menulis hanya satu...
-
Istilah LSM sebenarnya contradictio in terminis atau korupsi makna. Sebagai sebuah institusi yang dinamai dengan Lembaga Swadaya Masyarakat...
-
Kemacetan tak lagi milik kota-kota metropolitan macam Jakarta, Bandung, Surabaya atau Medan. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang kin...
Ayo Menulis
Jika anda percaya bahwa kata-kata mampu menggerakkan perubahan maka mulailah menulis. Semua pantas ditulis dan perlu untuk dibagikan.
Daftar Link
Partisipan
Arsip Blog
- 06/26 - 07/03 (3)
- 07/03 - 07/10 (3)
- 07/10 - 07/17 (6)
- 07/17 - 07/24 (6)
- 07/24 - 07/31 (12)
- 07/31 - 08/07 (3)
- 08/14 - 08/21 (2)
- 08/28 - 09/04 (2)
- 09/04 - 09/11 (3)
- 10/02 - 10/09 (11)
- 09/02 - 09/09 (10)
- 09/09 - 09/16 (4)
- 09/16 - 09/23 (12)
- 09/23 - 09/30 (8)
- 09/30 - 10/07 (12)
- 10/07 - 10/14 (8)
- 10/14 - 10/21 (10)
- 10/28 - 11/04 (9)
- 11/04 - 11/11 (9)
- 11/11 - 11/18 (10)
- 11/18 - 11/25 (8)
- 11/25 - 12/02 (6)
- 12/02 - 12/09 (3)
- 12/09 - 12/16 (3)
- 12/30 - 01/06 (1)
- 01/06 - 01/13 (5)
Kunjungan
BORNEO MENULIS
0 komentar:
Posting Komentar