Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (71)

Sabtu, 03 November 2012


RICA dari Manado untuk Nusantara

Ketika konflik di Ambon (Maluku) terjadi  yang kemudian disusul konflik Poso juga Ternate (Maluku Utara), saya masih tinggal di Manado. Mau tidak mau Manado terpengaruh dengan kedatangan pengungsi dari daerah-daerah yang berkonflik itu. Terutama saat pengungsian dari Maluku Utara, di Kota Manado dan Bitung, muncul berbagai tempat penampungan pengungsi yang kemudian kerap disebut sebagai kamp.

Dalam berbagai diskusi tentang dampak konflik, saya dan teman-teman mengkhawatirkan posisi Manado yang bisa saja menjadi daerah konflik berikutnya. Kekhawatiran yang wajar saja, meski Manado saat itu dikenal sebagai daerah yang aman dengan slogannya Torang Samua Basudara. Dalam sela-sela diskusi ada saja teman yang tidak serius menanggapi kondisi Manado saat itu. Menurutnya Manado tetap saja akan aman, apapun kondisi di luar. Hanya ada satu perkecualian yang menurutnya bisa membuat Manado terguncang. Dia mengatakan “Manado bakal rusuh kalau di kebun dan pasar tak lagi ada Rica”.

Kalau dipikir-pikir meski sifatnya hanya gurauan, apa yang dikatakan oleh teman itu ada benarnya juga. Ketenangan hidup di Manado memang salah satunya ditentukan oleh Rica. Naik turunnya harga Rica bisa mempengaruhi emosi orang Manado. Ibu-ibu bakal naik ‘greel’ alias marah-marah kalau harga Rica perlahan mulai naik-naik ke puncak gunung.  Dan seberapapun mahalnya harga Rica, pasti akan dibeli. “Mo rasa apa makang kalau nyanda ada Rica”, pendek kata sesedap apapun makanan kalau tidak ada Rica ya percuma, susah mo maso gergantang, atau tidak enak ketika ditelan.

Yang dimaksud dengan Rica adalah cabe rawit, cabe yang pedasnya membuat rambut berdiri. Rica umumnya ditanam dan berasal dari Minahasa, Gorontalo atau Palu, sementara yang berasal dari Surabaya umumnya kurang disukai karena kurang pedas. Hampir semua masakan di Manado selalu harus disertai Rica. Ikan goreng, terong goreng, tempe goreng, tahu goreng semua disiram dengan saos Rica. Bahkan makan pisang goreng, ubi goreng, singkong rebus dan pisang rebuspun selalu dicocol dengan Rica, cabe yang ditumbuk dan akan lebih nikmat dicampur dengan ikan Roa atau Bakasang.

Hampir semua masakan yang populer di Manado membutuhkan jumlah Rica yang banyak, karenanya banyak dinamakan Rica-Rica. Ada ayam Rica-Rica, Babi Rica, Bebek Rica-Rica dan seterusnya. Masakan lain yang tidak nikmat kalau tidak pedas adalah RW (masakan daging Anjing). Tak heran, serangan pertama bagi orang yang baru datang ke Manado dan rakus adalah sakit perut atau bahkan mencret-mencret karena perut tidak tahan menghadapi serangan Rica.

Kebiasaan menyukai yang pedas-pedas membuat Rica menjadi salah satu indikator penting di Kota Manado, naik turunnya harga Rica mempengaruhi kehidupan di kota itu. Orang-orang disana bisa jadi tak peduli pada berbagai kejadian di daerah lain, tapi bila itu terkait dengan Rica, pasti akan jadi urusan semua orang.

Tinutan (bubur Manado) dan Klappertart adalah salah satu kuliner yang terkenal dan populer dari Manado, namun kekayaan kuliner yang menyumbang pengaruh besar dalam kuliner di Indonesia adalah Rica-Rica. Kini yang namanya Rica-Rica dengan mudah ditemukan dalam daftar menu berbagai warung, restoran dan rumah makan di berbagai penjuru Indonesia. Meski tidak selalu sama pedasnya dengan Rica-Rica di Manado.

Saat saya pulang ke Purworejo dan berkeliling malam hari di Lapangan Purworejo yang merupakan satu-satunya tempat keramaian di malam hari. Tenda-tenda makanan diatas trotoar yang mengelilingi lapangan itu banyak memajang tulisan Rica-Rica, entah itu ayam atau bebek dan juga kelinci. Terlihat bahwa pengaruh Rica-Rica sudah meng-indonesia.

Atas cara yang lain, kebiasaan memakan yang pedas-pedas juga menginpirasi pengusaha kuliner untuk menelurkan menu-menu yang seba pedas. Banyak rumah makan kini memasang tagline Sambal. Sambal menjadi menu utama untuk menarik pembeli. Ada banyak pilihan sambal yang membuat rambut berdiri dan mulut bersiul-siul kepedasan. Bahkan untuk yang extrims pedasnya, masakannya diberi titel Mercon. Disebut mercon karena pedasnya terasa meledak di mulut, hati-hati untuk yang tak tahan bukan cuma mulut yang terasa robk, kepalapun bakal ikut nyut-nyutan.

Untuk mengambarkan masakan yang sangat pedas, orang Manado kerap berucap “Pedis Manucu”, atau pedasnya terasa sampai menusuk ulu hati. Makan makanan yang pedas memang bisa jadi menyiksa diri, tapi jauh lebih nikmat dari pada makan makanan yang pahit. Apa enaknya hidup di Indonesia yang dalam banyak hal mulai terlihat dan terasa kecut serta pahit ini kalau tidak dihantam dengan masakan pedas.

Maka rasanya tidaklah lebay apabila saya berucap “Rica dari Manado untuk Nusantara”.

Pondok Wiraguna, 2 November 2012
@yustinus_esha

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum