Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (61)

Kamis, 18 Oktober 2012


Jangan Kaget dan Heran

Pagi ketika nyawa belum genap alias sudah terbangun tapi mata masih ‘kriyep-kriyep’, saya melangkah menuju depan televisi. Beruntung sudah ada segelas kopi mix di meja, seteguk dua teguk membuat tenggorokan terasa lega dan siap menghirup sebatang rokok kretek berfilter.

Di layar televisi yang menyajikan program berita selebriti tengah menayangkan kabar tentang seorang yang konon berprofesi sebagai model, mengendarai mobil honda jazz dan menabrak 7 orang di jalanan. Model itu ternyata hanya mengenakan pakaian dalam saat mengemudikan mobil. Konon kabarnya dia mengalami halusinasi akibat mengkonsumsi zat adiktif.

Tak lama kemudian di sebuah grup BBM yang saya ikuti ada kiriman gambar dari model itu yang lagi-lagi katanya diambil sesaat sesudah dia sadar (siuman). Dan gambar yang diklaim sebagai asli oleh pengirimnya memang menunjukkan model itu hanya mengenakan bra dan celana dalam. Ramai anggota grup membahas masalah ini, namun saya tak berminat untuk ikut meramaikannya.

Atas kejadian seperti ini, Mbah saya biasanya mengatakan ini adalah goro-goro, pratanda kalau dunia mulai ‘bubrah’. Jadi jangan kaget dan juga tak perlu heran. Saya mencoba untuk tidak mudah kaget dan tak mudah heran agar tidak mudah terserang penyakit jantung dan terbawa-bawa dalam mimpi. Toh, sebenarnya peristiwa yang mengagetkan dan mengherankan silih berganti terjadi sehingga menjadi biasa.

Siapa coba yang tidak kaget dan heran melihat ada anggota DPR yang masih muda tapi korupsinya luar biasa. Siapa yang tidak heran ada politisi yang menjadi bintang iklan anti korupsi tapi kemudian jadi tersangka. Siapa yang tidak kaget dan heran ada seorang politisi senior, terhormat di kalangan agamawan kemudian ternyata ketahuan menyuap. Siapa yang tak keget dan heran melihat seseorang yang baik di depan publik ternyata gemar menampar istrinya. Dan terakhir misalnya tentu saja semua orang harus kaget dan heran ketika seorang pelajar yang ikut tawuran menyatakan puas karena telah membunuh lawan tawurannya.

Jadi betul kata Mbah saya agar tidak mudah kaget dan heran, persoalannya kalau kita kerap duduk di muka televisi, hal-hal yang menyebabkan kekagetan dan keheranan akan muncul silih berganti, menit demi menit. Jadi kalau kita ikuti terus tentu jantung akan bekerja keras dan perasaan kita akan terus teraduk-aduk. Bukan hanya hal-hal nyata saja yang membuat kita kaget dan heran, cerita-cerita sinetron di televisi misalnya juga menyajikan hal yang berefek sama. Misalnya mana ada haji yang berurai air mata memohon doa pada Allah agar membatalkan keberangkatan seorang haji lainnya.
Namun tidak kaget dan tidak heran bukan berarti tak memberi perhatian. Kepedulian dan perhatian tetap diperlukan, mengingat kejadian-kejadian tadi mungkin saja mengenai orang-orang yang kita kenal, orang-orang yang dekat atau bahkan bersaudara dengan kita. Di jaman yang berjalan semakin cepat dan tidak linear lagi ini saya merasa tugas sosial kita semakin berat. Banyak kali kita tersadar merasa ada yang salah disekitar kita ketika sesuatu telah terjadi. Banyak orang sadar telah menjadi korban lingkungan entah lingkungan pergaulan maupun lingkungan tempat tinggal, tapi tak banyak yang punya niat untuk memupuk modal sosial dalam lingkungannya.

Novi demikian nama model yang menabrak 7 orang itu konon adalah seorang perantau di Ibukota, tinggal sendiri dalam apartemen dan tidak mempunyai banyak teman. Hidup sendiri, berjuang untuk eksis dan tinggal di lingkungan yang tidak memperdulikan satu sama lain tentu saja membuat dirinya tertekan kala mengalami masalah. Dan berat tidaknya masalah tidak tergantung pada masalah itu sendiri melainkan pada kekuatan seseorang untuk menghadapinya. Kekuatan yang tidak semata-mata berasal dari dirinya melainkan juga dari lingkungan atau lingkaran paling dekat. Jika ini tida dipunyai maka beban akan ditanggungnya sendiri. Adalah sebuah kecenderungan manusiawi bagi seseorang untuk ingin lepas (melupakan sesaat) dari beban secara cepat. Caranya tentu saja bermacam-macam, ada yang positif dan ada pula yang negatif. Dan Novi misalnya lebih memilih untuk melepaskan beban sembari menikmati hidup dengan mengkonsumsi zat adiktif.

Berhadapan dengan masalah, saya ingat ajaran yang disampaikan oleh dosen psikospiritual yang mengatakan hidup sesungguhnya adalah perjalanan dari satu masalah ke masalah lainnya. Tugas kehidupan kita adalah mengatasi masalah itu sehingga lebih kuat, lebih terampil dan kemudian mampu pula untuk mengatasi masalah di luar diri kita (lingkungan dan masyarakat atau orang lain). Dengan demikian masalah harus dihadapi dengan cara yang baik dan benar, bukan dengan mengkompensasi dengan masalah lainnya.

Refleksi saya atas berbagai permasalahan yang muncul dari pelbagai pemberitaan mengafirmasi bahwa yang dikatakan oleh dosen saya dulu itu memang benar. Kita kerap lari dari masalah dengan cara yang kemudian menimbulkan masalah baru sehingga membuat banyak orang terkaget-kaget dan terheran-heran.

Pondok Angkringan, 15 Oktober 2012
@yustinus_esha

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum