Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (60)

Kamis, 18 Oktober 2012


Hotel dan Sepeda

Dengan menumpang taksi, saya pergi menuju University Club UGM, setelah sampai disana ternyata Univercity Club itu adalah sebuah hotel, milik universitas Gajah Mada. Selama menginap dan berkegiatan di sana saya tak sempat terlalu banyak mengenal sekelilingnya. Namun ada yang menarik, setiap kali saya keluar ke halaman ssebelah samping untuk merokok, di jalan saya melihat banyak anak-anak muda (mahasiswa/wi) menaiki sepeda. Sepedanya seragam dan didepannya ada keranjang untuk menaruh tas.

Dalam hati saya menduga-nduga bahwa sepeda itu adalah sepeda sewaan yang hanya boleh dipakai di kompleks UGM. Seru juga melihat lalu lalang sepeda di jalan raya, terkadang ada sepasang mahasiswa dan mahasiswi berkendara sambil bersenda gurau, saling selip dan kejar-kejaran dengan sepeda, romantis sekali.

Saya tak hendak membanding-banding UGM dengan universitas lainnya, entah yang lebih baik atau yang lebih buruk. Tapi sebuah universitas kemudian memiliki wisma dan hotel sendiri serta terbuka digunakan oleh masyarakat umum (pihak luar) adalah sebuah ide yang baik. Konon untuk biaya pendidikan perlu ongkos yang besar. Dan pemerintah juga masyarakat (peserta) belajar belum tentu mempunyai kemampuan yang cukup untuk memenuhinya. Nah, universitas tempat ahli dari segala ahli berkumpul tentu saja perlu berupaya untuk menggali pendanaan melalui usaha-usaha produktif.

Selama beberapa hari menginap di UC UGM, saya melihat bahwa tingkat huniannya lumayan tinggi. Ada bermacam-macam orang yang tinggal dan menginap disana. Mungkin saja ada mahasiswa dari luar negeri yang belum menemukan kost, atau para peneliti dari luar Yogya yang butuh untuk melakukan kajian pustaka di UGM, ada juga dosen terbang dan lain sebagainya. Ruangannya juga selalu terpakai, ada yang dipakai seharian ada juga yang dipakai pagi hingga sore, tapi ada juga yang memakai untuk acara malam hari. Pendek kata secara sekilas usaha hotel seperti ini adalah bisnis yang sehat atau menguntungkan.

Kemudian soal sepeda tadi, pemakaian sepeda dalam kampus jelas mendukung program untuk mengurangi pemanasan global. Mahasiswa atau mahasiswi tidak perlu membawa motor atau mobil masing-masing satu untuk tiap orang. Aktivitas di kampus memang kerap mengharuskan seorang mahasiswa/wi berpindah dari satu area ke area yang lain. Kampus biasanya luas sehingga kalau berjalan kaki selain membuang waktu juga bisa membuat kaki lecet dan pegal-pegal. Naik sepeda adalah jawabannya. Dengan naik sepeda selain mengurangi polusi bisa juga membuat badan tetap sehat dan kaki tetap kuat.

Saya tidak sempat tanya apakah sepeda-sepeda itu disewakan dan kalau ya berapa ongkosnya. Namun menurut saya mungkin mencari keuntungan dari penyewaan sepeda bukan tujuan yang utama. Pemakaian sepeda bertujuan untuk mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dalam kampus. Dengan berkurangnya kendaraan bermotor dalam kampus maka lingkungan kampus akan semakin sehat, bersih dan minim polusi.  Oleh karenanya usaha memasyarakatkan sepeda dalam kampus bukan bertujuan memperoleh keuntungan finansial melainkan memperoleh keuntungan jasa lingkungan yaitu udara bersih dan lingkungan tidak bising.

Dua contoh yang selama beberapa hari saya lihat sekilas itu menunjukkan bahwa universitas perlu mengambil langkah nyata untuk mengefektifkan seluruh sumberdayanya guna membangun sebuah sistem dan suasana pembelajaran yang mendukung untuk seluruh civitas academicanya. Keberadaan hotel di kampus, membuat kegiatan-kegiatan tidak perlu dilakukan di jauh, membuat mereka yang perlu mengakses area kampus tidak berada terlalu jauh dari kampus. Sementara keberadaan sepeda yang bisa dipakai siapa saja dalam area kampus akan membuat kampus lebih nyaman dan tenang sehingga mendukung proses belajar dan mengajar.

Ada banyak kampus besar di negeri ini dengan jumlah mahasiswa yang juga besar. Bayangkan saja jika populasi sepeda pengguna di tiap-tiap kampus juga besar maka kampus menyumbang jasa yang besar untuk turut serta mengurangi laju pemanasan global. Dan jumlah sumbangan kampus itu siapa tahu kelak bisa ‘diuangkan’ dengan cara atau skema dana penjualan karbon. Jika kemudian bisa maka dana itu bisa dimanfaatkan untuk memberi beasiswa bagi mahasiswa-mahasiswi dari keluarga yang tidak mampu. Andai ini terjadi maka sempurnalah sebuah universitas karena tidak saja memberikan lingkungan yang berkualitas untuk belajar melainkan juga memberi kesempatan kepada banyak orang untuk turut belajar tanpa pusing-pusing memikirkan uang semesteran.

Pondok Angkringan, 17 Oktober 2012
@yustinus_esha

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum