Integrity Fair
Beberapa hari lalu kala melewati salah satu ruas jalan, saya membaca spanduk berisi pengumuman tentang sebuah event berjudul “Integrity Fair” yang diselenggarakan oleh Sekkot Samarinda dan KPK. Untuk saya isi spanduk itu terasa mengejutkan, sebab selama ini yang getol bicara soal Integritas adalah Gubernur Kaltim, bukan Walikota Samarinda. Gubernur-lah yang dari dulu getol soal pakta integritas dan kemudian mencanangkan Kalimantan Timur sebagai land of integrity. Sejauh yang saya tangkap tekanan soal integritas oleh Gubernur terkait dengan kinerja aparat. Dan tiba-tiba saja Pemkot Samarinda yang adem ayem terkait soal-soal integritas tiba-tiba membuat “integrity Fair” dan diselenggarakan ketika Walikota tidak ada di tempat.
Saya kemudian mengesampingkan segala syak wasangka yang berkecamuk di benak dan meniatkan untuk pergi melihatnya. Ada beberapa alasan yang salah satunya adalah kepentingan mendapatkan data-data tertentu. Saya berpikir SKPD yang ikut membuka booth dalam acara itu pasti akan menyajikan data-data terkait dengan Tupoksi masing-masing berserta capaiannya.
Maka meski hari terik dengan bersemangat dan harapan baik, saya pergi menuju tempat diselenggarakan acara “Integrity Fair” itu.
Belum juga saya memasuki gedung sudah disambut stand dari salah satu SMK yang memamerkan workshop mereka. Disampingnya ada tenda yang memberi layanan servis gratis oleh anak-anak SMK bagi motor dengan merek tertentu. Kemudian disebelahnya kalau tidak salah Badan Nasional Penanggulangan Bencana memamerkan berbagai jenis peralatan untuk melakukan tanggap bencana. Saya berjalan melewatinya tanpa terlalu memberi perhatian, dalam hati saya berpikir mungkin yang diluar gedung adalah stand eksibisi.
Masuklah saya ke dalam gedung yang penuh dengan stand berbagai SKPD, Badan dan perusahaan baik daerah maupun negara. Terlihat ada dua layar yang mempertunjukkan film pendek dan iklan-iklan dari KPK.
Satu demi satu stand saya lalui dan tak butuh waktu lama untuk kembali lagi ke pintu masuk. Satu kali putaran semua stand habis terkunjungi. Di depan stand dinas catatan sipil kemudian saya bertanya pada diri sendiri, integritas apa yang hendak ditunjukkan oleh semua ini.
Saya tak tertarik untuk bertanya kepada para penjaga stand, toh pasti mereka tak akan memberi jawaban yang memuaskan. Salah-salah bahkan hanya akan menjawab singkat, “Saya hanya ditugaskan untuk menjaga stand dan tidak menjawab pertanyaan seperti itu, silahkan tanya pada yang berwenang”. Dan siapa yang berwenang itu? Tentu saja juga bukan mereka yang berada di stand panitia.
Tapi akhirnya saya tak tahan, di stand Dinas Pendidikan yang diisi lagi-lagi oleh anak SMK saya bertanya kepada salah satu anak disitu. “Apa hubungannya ini dengan integritas?”. Dan benar mereka tidak menjawab melainkan hanya tersenyum kecut.
Padahal di berbagai pemberitaan, nasib guru sebagai pendidik tidak begitu baik, tunjangan mereka tidak lancar. Banyak sekolah gedungnya juga tidak layak, kerap terkena banjir, bukan hanya air tetapi juga lumpur.
Jadi meski berjudul keren, pameran yang disebut sebagai “Integrity Fair” tidak lebih dari pameran-pameran lainnya yang rutin diselenggarakan pemerintah kala menghadapi hari besar. Tak ada banyak yang bisa diperoleh ketika datang mengunjunginya. Misalnya stand Kementrian Agama yang memajang tata cara naik haji. Tak kelihatan bagaimana mereka menangani atau membina kehidupan beragama di kota Samarinda. Bagaimana kehidupan, dinamika perkembangan agama-agama di Samarinda dan seterusnya.
Lain pula dengan Dinas Kesehatan yang malah membuka stand untuk pendaftaran Jaskesda. Namun tak memasang angka-angka dan indikator kesehatan di kota Samarinda. Apa penyakit yang terbanyak dan bagaimana mereka menanganinya. Apa-apa saja yang mereka lakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan di Kota Samarinda yang terus menerus dihantam debu luarbiasa akibat aktivitas pertambangan.
Masih banyak contoh lain yang menurut saya janggal untuk ditempatkan dalam konteks pertunjukkan integritas. Integrity Fair saya kira bukan tempatnya untuk memamerkan prestasi semata melainkan juga konteks yang dihadapi oleh pemerintah kota dan SKPD-nya. Apa artinya prestasi atau aktivitas yang ditunjukkan jika tidak disertakan indikator-indikator yang bisa dipakai menilai keberhasilan mereka. Dan bukankah secara nasional sudah ditetapkan berbagai indikator terkait dengan tugas masing-masing SKPD.
Jadi, kenapa tidak mulai dengan menunjukkan hal itu?.
Pondok Wiraguna, 7 Oktober 2012
@yustinus_esha
Orang boleh pandai setinggi langit, namun kalau tidak menulis maka akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah (Pram)
Pages
Label:
Kolom
Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (50)
Borneo Menulis
Senin, 08 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Cari Blog Ini
Sekolah dan Bengkel Menulis Naladwipa
Merupakan hasil kerjasama Naladwipa Institute, Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Samarinda dan Desantara Foundation. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak muda untuk mengasah wawasan, kepekaan dan ketajaman untuk melihat apa yang terjadi di kesekitarannya.
Menulis Adalah Panggilan Jiwa
Blog ini merupakan wahana bagi peserta sekolah menulis Naladwipa dan Komkep Kasri untuk mempublikasikan tulisannya. Namun tetap terbuka bagi siapapun yang hendak mengirimkan tulisan juga. Silahkan masukkan tulisan ke badan email dan kirim ke borneo.menulis@gmail.com
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Popular Posts
-
Antara Antri IPAD dan Bensin Ketika masih duduk di bangku sekolah, libur kenaikan kelas adalah sebuah kegembiraan yang tidak terkira. Sebu...
-
Daun-daun masih basah, karena tadi sore hujan baru usai menyirami kampung yang berada di tepi sungai Kelian. Kini malam berganti terang pur...
-
Hujan rintik-rintik ditemani senja sedang merayap meraih malam di saat saya memasuki pintu gerbang desa Kutai Lama Kecamatan Anggana Kutai ...
-
Masihkan orang berpikir bahwa tato adalah penanda bagi mahkluk yang cenderung kriminal dan tindik (piercing) adalah peradaban massa silam?. ...
-
Berita merupakan produk aktivitas jurnalistik atas dasar informasi yang berdasar pada fakta. Jika sang jurnalis hadir atau berada dalam sebu...
-
Empat bulan lalu Ardi bersama keluarganya pindah rumah, ke tempat tinggal yang kini adalah miliknya sendiri. Bertahun-tahun Ardi, Esta istr...
-
Media memegang peran penting dalam dinamika sosio kultural di masyarakat. Di tengah iklim yang menindas, media bisa menjadi corong dari peng...
-
Resep apa yang digunakan oleh seseorang sehingga mampu melahirkan tulisan yang menawan. Sederhana saja, ramuan jitu dalam menulis hanya satu...
-
Istilah LSM sebenarnya contradictio in terminis atau korupsi makna. Sebagai sebuah institusi yang dinamai dengan Lembaga Swadaya Masyarakat...
-
Kemacetan tak lagi milik kota-kota metropolitan macam Jakarta, Bandung, Surabaya atau Medan. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang kin...
Ayo Menulis
Jika anda percaya bahwa kata-kata mampu menggerakkan perubahan maka mulailah menulis. Semua pantas ditulis dan perlu untuk dibagikan.
Daftar Link
Partisipan
Arsip Blog
- 06/26 - 07/03 (3)
- 07/03 - 07/10 (3)
- 07/10 - 07/17 (6)
- 07/17 - 07/24 (6)
- 07/24 - 07/31 (12)
- 07/31 - 08/07 (3)
- 08/14 - 08/21 (2)
- 08/28 - 09/04 (2)
- 09/04 - 09/11 (3)
- 10/02 - 10/09 (11)
- 09/02 - 09/09 (10)
- 09/09 - 09/16 (4)
- 09/16 - 09/23 (12)
- 09/23 - 09/30 (8)
- 09/30 - 10/07 (12)
- 10/07 - 10/14 (8)
- 10/14 - 10/21 (10)
- 10/28 - 11/04 (9)
- 11/04 - 11/11 (9)
- 11/11 - 11/18 (10)
- 11/18 - 11/25 (8)
- 11/25 - 12/02 (6)
- 12/02 - 12/09 (3)
- 12/09 - 12/16 (3)
- 12/30 - 01/06 (1)
- 01/06 - 01/13 (5)
Kunjungan
BORNEO MENULIS
0 komentar:
Posting Komentar