KPK Aku Cemburu Padamu
Di account twitter saya muncul
mention yang mengajak untuk mempersiapkan aksi guna membela KPK . Ya minggu
kedua dan kemungkinan juga masih berlanjut ke minggu ketiga bulan Oktober ini
akan ramai dengan gerakan Save KPK. Saya prihatin dengan apa yang menimpa KPK
secara kelembagaan, namun melakukan aksi solidaritas untuk KPK saya rasa tidak
perlu. KPK adalah institusi negara, bukan organisasi masyarakat sipil yang
tidak punya kekuatan. Bahwa kemudian KPK kemudian dekat dan kerap bekerjasama
dengan organisasi masyarakat sipil tentu patut disyukuri dan terus didukung.
Saya kerap merasa bahwa dukungan kelompok masyarakat sipil pada KPK kerap menimbulkan kecemburuan pada organ-organ pemerintah lainnya. Salah satu yang cemburu berat tentu saja adalah polisi. Sebagai yang dicemburu maka terkadang tindakannya pada yang dicemburui kerap kali tidak masuk akal.
Menarik penyidik yang
diperbantukan di KPK tentu saja hak polisi . Namun tentu tidak masuk akal kalau
tiba-tiba ‘mak brek’ langsung ditarik puluhan orang bersama-sama. Polri lewat
juru bicaranya boleh saja berkali-kali menyebut soal etika kerja atau etika
kelembagaan. Meski disisi lain menunjukkan perilaku yang justru tidak etis.
Apa urusannya kalau tiba-tiba
penyidik dari Polda Bengkulu datang ke KPK untuk menjemput paksa Novel Baswedan
dengan tuduhan terlibat dalam tindak pembunuhan yang terjadi di tahun 2004 lalu
kala dirinya bertugas di Polda Bengkulu. Dan langkah ‘ngluruk’ itu
dipertontonkan kepada khalayak luas kala hubungan KPK dan Polri sedang panas.
Orang paling tolol dalam urusan konflik kepentingan akan dengan mudah menangkap
bahwa ada apa-apa dibalik kelakuan itu.
Saya tidak tahu apakah Novel
sudah diberi surat panggilan oleh Polda Bengkulu. Kalaupun itu akan diusut toh
bisa diusut melalui wilayah dimana sekarang Novel bekerja. Dan menurut
keterangan dari KPK, saat kejadian itu Novel sudah menjalani pemeriksaan dan
mendapatkan teguran keras atas perilaku anak buahnya. Mana yang benar, entahlah
karena di negeri ini banyak siluman, kasuspun banyak yang siluman sehingga bisa
dibuka kembali jika diperlukan sewaktu-waktu. Jarak antara tahun 2004 sampai
dengan 2012 bukanlah waktu yang dekat, dan kasus yang ditimpakan pada Novel
tentu bukan kasus yang rumit sehingga perlu penyelidikan panjang hampir sepuluh
tahun lamanya.
Atas segala keanehan ini maka
saya tak mau berteori yang muluk-muluk, cukup pakai teori cemburu buta saja.
Sebab kalau tidak mana mau polisi bertindak aneh bin ajaib, bukankah kini
banyak para perwira polisi yang pintar-pintar. Tentu saja orang pintar akan
bertindak rasional. Nah orang sepintar dan serasional apapun kalau sudah
dibakar api cemburu maka tidak akan bisa mengontrol tindakannya. Tindakan akan
didasari digerakkan oleh alam bawah sadarnya. Orang bilang cemburu bakal
membuat orang dewasa jadi seperti anak-anak. Persis seperti Polri yang
bertindak bak anak-anak yang gemar merajuk dan mencari-cari kesalahan orang
lain.
Kenapa Polri cemburu pada KPK?.
Ya tentu saja, karena Polri sebetulnya adalah pendukung KPK dalam artian
merelakan personel yang barang kali terbaik (dan juga orang baik) untuk bekerja
di KPK. Dan karena kerja-kerja mereka kemudian KPK mendapat nama sementara
Polri terus saja masih dihina dina oleh masyarakat sipil.
Siapa yang kemudian tidak
meradang ketika mereka yang diutus lalu dipanggil pulang ternyata para utusan
membangkang. Mereka lebih memilih tinggal dalam naungan induk semang barunya,
tak mau pulang kepada ibu kandungnya. Ibu mana yang tak akan cemburu pada ibu
baru anak-anaknya?. Dan ibu mana yang tak akan marah jika kemudian anak-anaknya
pulang bukan untuk melepas rindu melainkan mengacak-acak rumah.
Polri kini ibarat ibu yang sedang
marah dan gundah hingga kemudian salah tingkah karena hanya terus menerus melihat
dirinya secara sempit. Berkali-kali menyebut etika organisasi, berkali-kali
menyebut prosedur tata organisasi. Padahal kalau melihat sebuah panggilan
besar, menyelamatkan negeri ini dari virus korupsi mestinya kesampingkan dulu
semua urusan internal toh semuanya bisa dibicarakan tanpa perlu unjuk kekuatan.
Pondok Wiraguna, 7 Oktober 2012
@yustinus_esha
0 komentar:
Posting Komentar