Ada Nanah Dalam Amanah
Magister, guru spiritual saya
mengatakan puncak dari kebahagiaan manusia adalah apabila merasa hidupnya
berarti. Berarti karena berguna untuk orang lain, punya peran dalam kehidupan
bersama.
Namun kemudian dia mengingatkan bahwa apa yang disebut dengan makna,
guna dan peran itu berbeda-beda untuk setiap orang. Dan patokan itu tidak
selalu substansial.
Bicara soal peran, saat ini
terbuka banyak sekali ruang peran itu. Salah satunya adalah peran dalam kehidupan
bersama melalui organisasi terutama organisasi kader. Organisasi yang selalu
mengadakan secara rutin pendidikan kader, pendidikan kepemimpinan yang membuat
banyak anggota organisasi itu berebut menjadi pimpinan.
Tak mengherankan jika kemudian
kala tiba saatnya untuk melakukan pemilihan ketua baru ada sejumlah calon yang
berebut untuk mendudukinya. Dan dalam organisasi semulia apapun, kalau ada
banyak orang yang memperebutkan jabatan ketua maka secara otomatis akan terjadi
persaingan yang panas dan cenderung kotor.
Berkali-kali saya menemukan
peristiwa suksesi dari sebuah organisasi yang dihari-hari normal hampir tak ada
yang membicarakannya. Kalaupun ada biasanya tentang betapa organisasi itu tak
ada dinamika, kegiatannya itu-itu saja dari waktu ke waktu, pendek kata tak ada
signifikasinya sama sekali untuk masyarakat. Namun ketika tiba saat pergantian
pengurus atau ketua, tiba-tiba ramai diperbincangkan dan organisasi yang
tadinya dipandang sebelah mata kini menjadi seperti amat penting.
Jika kemudian dipetakan
aktor-aktor dan kelompok kepentingan yang ikut dibalik perebutan ketua dan
struktur pengurusnya, maka bisa jadi kita akan heran. Betapa banyak aktor dan
kelompok kepentingan yang terlibat didalamnya, jika ditarik garis antar mereka
maka akan tercipta ‘spider web’, jaring laba-laba yang ruwet.
Bagi para pengamat, pengembira
dan tim peramai, jaring laba-laba ini akan jadi ‘jaring raba-raba’ yang menarik
untuk dibicarakan. Siapa mendukung siapa, restunya dari mana, apa bentuk
dukungannya, apa kepentingan yang diperjuangkan oleh aktor-aktor itu dan
bagaimana nanti akan berakhir. Tidak ada perbincangan tentang visi misi, toh
para calon kerap kali sudah diketahui isi otak sampai dengkulnya.
Sebenarnya dalam benak saya
betapa mengembirakan bahwa banyak orang ingin berperan, memberi diri untuk
memimpin suatu organisasi, apalagi jika organisasi itu mempunyai mandat sosial
dan demi kemahslahatan orang banyak. Ini berarti banyak pengabdi, apalagi ketua
atau pemimpin selalu berarti sebagai pemegang amanah, amanah dari para
konstituen organisasi.
Tapi kembali kepada peran
substantif dari seorang pemimpin atau ketua, nyatanya kedudukan sering kali
dianggap sebagai tujuan, bukan peran. Maka yang terpenting adalah menjadi
ketua, sehingga jalan bisa tegak gagah, diundang dalam berbagai pertemuan
penting, dan disapa serta bisa memerintah hingga kerap mendapat jawaban “siap ketua”.
Menjadi ketua bisa jadi merupakan
candu, tak heran ada yang tak sudi diganti, sejak organisasi berdiri hingga mau
bubar. Ada juga yang merangkap jabatan ketua kanan kiri, hingga jumlahnya
melewati hari dalam satu minggu. Bayangkan mengurus satu organisasi saja sulit,
tapi ternyata banyak yang merangkap jadi ketua sampai puluhan organisasi.
Alangkah hebatnya orang ini dan di negeri ini jumlahnya tak sedikit. Maka jika
benar mereka ini adalah orang-orang hebat, bukankah seharusnya negeri ini juga
menjadi negeri hebat.
Inilah sebuah ironi kalau
kedudukan adalah tujuan, sehingga kedudukan bukanlah pencapaian. Kedudukan
bukan sebuah kehormatan atas apa yang dicapai oleh seseorang dalam suatu bidang
tertentu. Tak heran jika kemudian kedudukan bukan dicapai melainkan direbut
atau bahkan ada yang dibeli. Jika kedudukan adalah kehormatan, maka kehormatan
di negeri ini sebagian besar adalah kehormatan yang dibeli.
Menjelang pemilihan, biasanya di
jalanan akan terpampang baliho, dengan pesan “Pilihlah yang Amanah”. Dan tentu
saja semua orang setuju, karena pemimpin adalah pemegang amanah. Tapi jika
kemudian para pemegang amanah tak berhasil mendatangkan kebaikan bersama, maka
tak perlu heran sebab ada nanah dalam amanah.
Pondok Wiraguna, 4 Oktober 2012
@yustinus_esha
0 komentar:
Posting Komentar