Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (36)

Minggu, 30 September 2012

Maaf, Saya Tak Mampu Membenci PKI

Ketika film G30/S PKI mulai di putar di bioskop-bioskop untuk pertama kali, saya masih duduk di bangku SMP. Saya dan teman-teman diwajibkan untuk menonton, maka berbarislah kami dari sekolah menuju bioskop Pusaka yang letaknya tak terlalu jauh dari sekolah kami. Entah kenapa bioskop Pusaka, padahal di sebelah belakang sekolah ada bioskop Bagelen. Kini dua bioskop itu telah tumbang, seperti film G30/S PKI yang tak lagi diputar di TVRI setiap tahun menjelang perayaan hari Kesaktian Pancasila. Film yang kalau tak salah hasil besutan Arifin C Noor ini seingat saya menampilkan Amaroso Katamsi dan Umar Kayam sebagai Suharto dan Sukarno, menvisualisasi pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah tentang betapa kejamnya Partai Komunis Indonesia.

Film ini secara sempurna mengajak kami anak-anak untuk membenci PKI. PKI itu identik dengan ‘menghalalkan segala cara’ untuk mencapai tujuan. Gerwani itu kumpulan perempuan-perempuan binal tanpa perasaan. Secara visual saya waktu itu menangkap pesan yang hendak disampaikan film itu. Ada sebuah impresi mengingat sosok yang ada di film itu mempunyai ‘kedekatan’ dengan saya. Jenderal Ahmad Yani, sejauh diceritakan adalah orang yang lahir di Purworejo. Bahkan ketika saya ke Ngrendeng, ada yang menunjukkan rumah keluarganya. Dan ternyata ada adik kelas saya yang adalah kemenakannya. Demikian pula sosok lain yaitu Sarwo Edi Wibowo, yang ternyata juga orang Purworejo. Dan kelak memang Sarwo Edi kemudian dimakamkan di Purworejo. Tapi sebenarnya film itu tak bisa membuat hati kecil saya membenci PKI.

Jauh sebelum film itu dibuat, saya mengalami dan melihat sendiri derita mereka-mereka yang dituduh terlibat sebagai PKI. Adik kakek saya yang dulu adalah kepala stasiun ternyata diasingkan ke pulau Buru dan anak-anaknya yang masih kecil hidupnya menjadi tidak karuan. Di sebelah rumah saya, ada beberapa rumah besar namun lusuh dan hanya mbah-mbah putri yang tinggal disana, ternyata suami-suami mereka diasingkan juga ke pulau Buru, sebagaian tak pulang lagi. Kemudian ada satu yang bisa pulang dan bebas namun meninggalkan penjara bagi putranya. Seorang yang pintar dan lulusan universitas ternama namun tak bisa bisa bekerja di mana-mana karena tidak lolos uji ‘bersih lingkungan’. Saya juga punya teman sekelas yang pendiam dan tak pintar bergaul, usut punya usut ternyata dia tertekan dengan status bapaknya yang adalah tapol eks pulau Buru.

Di dalam pelajaran yang saya peroleh di sekolah tergambar betapa kejamnya PKI, namun dalam kehidupan sehari-hari saya juga menemukan bahwa pemerintah juga tak kalah kejamnya kelakuannya terhadap para eks PKI. Termasuk kepada mereka-mereka yang tak ada urusannya dengan PKI, melainkan hanya terlahir sebagai anak-anak dari seseorang yang dituduh sebagai PKI. Hari ini, Senin 1 Oktober, andai ini adalah jaman saya sekolah dulu pasti upacara benderanya akan lebih lama karena diperingati sebagai hari Kesaktian Pancasila. Bukan hanya upacara di sekolah, melainkan ada sebagian yang akan diutus untuk upacara di lapangan Kabupaten, lapangan besar yang berada antara pendopo Kantor Bupati dan kantor DPRD. Dan sekali waktu saya ikut upacara itu, yang paling saya ingat adalah banyaknya anak-anak yang pingsan karena tak tahan menahan terik matahari.

Pagi ini saya mengantar anak saya sekolah, namun saya tak sempat menunggui sehingga tak tahu apakah mereka masih memperingati hari ini, hari Kesaktian Pancasila dalam sebuah upacara. Saya juga tidak tahu apa yang diajarkan oleh guru-gurunya tentang Kesaktian Pancasila dan Kekejaman PKI. Namun saya berharap dalam hati agar anak saya tak lagi menerima pelajaran yang saya terima dulu. Pelajaran sejarah yang disusun dan dinarasikan berdasarkan keinginan penguasa untuk terus melegitimasi kekuasaan dirinya sebagai suci karena mempertahankan Pancasila secara murni dan konsekwen. Memakai kedok Kesaktian Pancasila untuk menutupi nafsu dan keinginan untuk terus mempertahankan kekuasaan secara tak elok.

Selamat merayakan hari Kesaktian Pancasila. Pancasila akan benar-benar sakti apabila para penguasa hari ini mampu menyembuhkan luka batin bangsa ini akibat perlakuan yang gegabah dan salah terhadap mereka-mereka yang dituduh sebagai PKI serta anak keturunannya yang turut sengsara tiada tara.

Pondok Wiraguna, 1 Oktober 2012
@yustinus_esha

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum