Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (6)

Kamis, 06 September 2012


Tanah Kubur

Ketika masih duduk di bangku SMP, salah satu tempat nongkrong favorit saya bersama teman-teman adalah kuburan katolik yang biasa disebut Kerkop. Kebetulan kubur itu terletak masih di dalam kota, persis di belakang Lembaga Permasyarakat sehingga sepi. Kerkop ideal untuk nongkrong karena kubur-kuburan memakai cungkup, batu nisan dibeton, enak untuk tidur-tiduran sambil menikmati semilir angin yang meniup pepohonan pinus dan cemara yang tinggi-tinggi. Di kuburan inilah saya dan teman-teman mulai belajar merokok dengan aman. Sesekali juga berekperimen dengan dedaunan yang konon memabukkan yaitu kecubung dan sebagainya.

Kini kerkop telah pindah jauh keluar kota dan entah apakah anak-anak seumur saya dulu masih mengikuti kelakuan konyol generasi saya dulu. Sepertinya tidak lagi karena kini kuburan sudah dijaga atau dimanajemeni layaknya sebuah badan usaha. Bisnis kuburan saat ini adalah salah satu bisnis yang profitable walau masuk dalam kategori bisnis ceruk, atau celahnya tipis tapi konsumennya jelas dan loyal.

Salah satu yang populer adalah San Diego Hill, nama yang biasanya disebut-sebut saat ada berita kematian orang-orang populer dan kaya. Ya, San Diego Hill adalah kompleks pekuburan elit, ya harganya makin mendekati bukit makin mahal. Di kompleks kuburan ini tak hanya ada nisan melainkan juga restoran, ruang pertemuan bahkan hotel yang dilengkapi dengan kolam renang. Kalau dibanding-bandingkan jangan-jangan kompleks perumahan rakyat lebih menyeramkan dari kuburan ini.

Sebagai sebuah usaha yang menawarkan jasa tentu saja pasti punya pemasar atau marketing. Bayangkan bagaimana para sales memasarkan blok atau kavling kuburnya?. Apakah mereka pergi ke rumah sakit-rumah sakit ternama, melihat pasien-pasien yang tengah sekarat dan kemudian memberikan brosur pada keluarganya. Dijamin pasti digebuki.

Atau mereka pergi ke rumah yang ada anggota keluarganya baru meninggal dan kemudian bertanya apakah sudah punya tanah untuk mengubur atau belum. Rasanya juga sulit dan butuh keberanian tersendiri. Pasti orang bakal kaget kalau ditanya sudah punya tanah untuk pemakaman, karena kalau ditanya orang yang masih hidup bakal dianggap doa agar cepat mati.

Tapi kemungkinan salesnya tak akan seagresif itu mengingat sekarang ini, banyak orang mati tidak tenang, karena kubur-kubur terancam digusur. Dipindah karena tanahnya dijadikan mall atau bangunan hotel. Maka banyak orang mulai sedia payung sebelum hujan dalam urusan kubur. Memesan lebih dulu di lokasi-lokasi yang bisa dipercaya, lokasi yang kecil kemungkinanannya jenasah ditumpuk, hingga susah diziarahi.

Bangsa kita adalah bangsa yang hormat pada keluarga meski sudah menjadi jasad sekalipun. Maka untuk yang matipun tetap yang terbaik yang akan diberikan. Kematian tidak membuat orang yang kita cintai hilang, mati hanya bentuk perpindahan dari alam dunia ke alam baka. Tak heran jika kubur tetap dijaga dan dipelihara sebagaimana layaknya orang yang berada di dalam masih hidup dan mengerti apa perlakuan kita.

Perilaku seperti ini membuka peluang tumbuh dan lestarinya bisnis di seputar kematian dan pekuburan. Area pekuburan adalah ladang penghidupan bagi banyak orang. Di kubur-kubur besar banyak orang mengantungkan hidup, entah sebagai penggali makam, pembersih kubur, penjaga kubur dan sebagainya. Sebagai lokasi yang basah, tak heran muncul mafia-mafia kubur, yang tidak mengijinkan orang luar terlibat di dalam lokasi kuburan itu selain datang mengantar jasad untuk dikubur atau diziarahi. Urusan lain diluar itu harus diserahkan kepada ‘orang dalam’ yang berarti bayar dan terima beres.

Jadi silahkan bangun sendiri nisan tanpa memakai jasa ‘mafia kubur’. Janganlah menyesal kalau besok-besok tiba-tiba nisannya terbongkar seolah-olah yang dikubur didalamnya bangkit.

Pondok Wiraguna, 6 September 2012
@yustinus_esha

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum