Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (28)

Minggu, 23 September 2012

Perubahan Tak Berarti Perbaikan

Bagi banyak orang kemenangan Jokowi atas Foke dalam putaran kedua Pilgub DKI tetaplah mengejutkan. Ada beragam analisa yang bisa dipakai untuk menerangkan kemenangan itu, meski tetaplah selalu tersisa ruang tanya, benarkah begitu?. Benarkah kemenangan itu karena sosok Jokowi itu istimewa. Sebenarnya tidak juga, prestasi Jokowi sebagai Walikota Solo tidaklah luar biasa atau masih wajar-wajar saja. Dan rasanya juga tidak benar bahwa Foke tidak menghasilkan apa-apa dalam kepemimpinannya sebagai gubernur DKI.

Sebenarnya memang agak sulit untuk menerangkan kenapa orang terpilih dan kenapa tidak. Kemenangan ala Jokowi sebenarnya juga terjadi di daerah-daerah lain. Sosok yang sebenarnya ‘underdog’ justru bisa memukul KO calon lain yang dalam berbagai aspek jauh lebih baik. Ada calon yang sebenarnya tak pernah sekolah dan tak punya pengalaman terlibat dalam politik bisa mengalahkan sosok muda, intelektual dan matang dalam dunia politik. Ada sosok yang jelas-jelas cacat secara moral dengan bukti yang meyakinkan bisa mengalahkan calon lain yang catatan hidupnya bersih. Bahkan seorang yang sudah ditetapkan sebagai tersangka atas kejahatan korupsi ternyata masih juga bisa menang telak, alhasil pelantikan harus dilaksanakan di kompleks Lapas.

Dalam kasus Jokowi barangkali pilihan masyarakat menunjukkan adanya keinginan untuk berubah, masyarakat sudah bosan dengan gaya kepemimpinan yang begitu-begitu saja. Maka dalam konteks pemilukada lainnya, kasus Jokowi menjadi susah ditiru, karena amat tergantung pada sosok, bukan pada ide atau gagasan-gagasannya.

Apa yang sering diungkapkan oleh Jokowi akan terasa amat sederhana untuk menghadapi persoalan Jakarta yang amat kompleks. Ingin sesuatu yang baru adalah keinginan yang asali dari manusia baik secara individual dan kolektif. Terpilihnya Obama sebagai Presiden Amerika Serikat tidak lepas dari faktor itu. Tim kampanye pemenangan Obama mampu mendorong munculnya keinginan akan ‘sesuatu yang baru’ pada publik pemilih Amerika. Oleh karenanya tag line yang dipilih adalah ‘Change’, perubahan.

Dan Jokowi bersama timnya atas salah satu cara memakai model itu juga. Jokowi dicitrakan sebagai sosok yang dekat dengan rakyat, mau berada dan bersama masyarakat. Kekuasaan tidak sebagai sesuatu yang sifatnya elitis melainkan kerja untuk rakyat. Masyarakat yang sudah terlalu lama melihat kekuasaan seperti berada dalam menara gading dengan sendirinya akan melihat sosok yang merakyat sebagai sesuatu yang baru, kesederhanaan justru menarik. Masyarakat sadar bahwa presiden, gubernur dan bupati tak perlu harus orang yang pandai. Yang terpenting bagi mereka adalah pemimpin yang mau hadir dan merasakan apa yang dialami oleh masyarakatnya sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat.

Namun sesungguhnya persoalan pemilukada tidak sesederhana itu, seperti yang nampak di permukaan melalui berita. Dalam pemilukada di Indonesia, dibalik berbagai peristiwa kerap kali ada sosok-sosok yang tak terlihat namun sesungguhnya dialah yang menopang sosok tertentu yang maju dalam pemilukada. Calon kerap kali hanya merupakan ‘boneka’ dari para ‘king maker’ yang mempunyai kekuasaan tak terlihat namun menjerat entah karena kedudukan politik maupun uangnya yang berjimbun. Maka tak heran ada sosok yang tak begitu dikenal – padahal dalam pemilukada langsung keterkenalan itu penting – bisa menang mengalahkan sosok-sosok lain yang populer.

Kenapa?. Karena mempunyai sokongan uang yang berlimpah dari pihak-pihak yang berkepentingan pada kekuasaan. Berhadapan dengan uang, pemilih memang kemudian menjadi pragmatis, lebih memilih uang tinimbang program. Pemilih sadar benar bahwa program-program yang digembar-gemborkan oleh para calon dalam kampanye 90% tidak akan dilaksanakan. Bagi pemilih diprogramkan atau tidak, sebagai pemimpin atau kepala daerah siapapun yang terpilih pasti mereka harus melaksanakan hal itu.

Kembali ke soal kemenangan Jokowi yang bisa dikatakan monumental karena sosoknya. Maka pertanyaannya adakah ciri-ciri yang pemimpin yang hebat dalam diri Jokowi?. Entahlah, secara impresi tidak sebab dari berbagai tampilannya Jokowi terlihat ‘Slow” jika dibandingkan dengan gerak Jakarta yang serba cepat. Jadi ada baiknya kita bersabar, hanya yang pasti perbaikan selalu membutuhkan perubahan, namun apakah perubahan akan menghasilkan perbaikan, perlu waktu untuk membuktikannya.

Dan lagi-lagi di jaman reformasi ini dengan slogan perubahannya ternyata belum banyak perbaikan essensial yang dinikmati oleh masyarakat. Semoga ini tidak menjadi pengalaman warga Jakarta dibawah kepemimpinan Jokowi.

Pondok Wiraguna, 21 September 2012
@yustinus_esha

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum