Perubahan Tak Berarti Perbaikan
Bagi banyak orang kemenangan Jokowi atas Foke dalam putaran kedua Pilgub DKI tetaplah mengejutkan. Ada beragam analisa yang bisa dipakai untuk menerangkan kemenangan itu, meski tetaplah selalu tersisa ruang tanya, benarkah begitu?. Benarkah kemenangan itu karena sosok Jokowi itu istimewa. Sebenarnya tidak juga, prestasi Jokowi sebagai Walikota Solo tidaklah luar biasa atau masih wajar-wajar saja. Dan rasanya juga tidak benar bahwa Foke tidak menghasilkan apa-apa dalam kepemimpinannya sebagai gubernur DKI.
Sebenarnya memang agak sulit untuk menerangkan kenapa orang terpilih dan kenapa tidak. Kemenangan ala Jokowi sebenarnya juga terjadi di daerah-daerah lain. Sosok yang sebenarnya ‘underdog’ justru bisa memukul KO calon lain yang dalam berbagai aspek jauh lebih baik. Ada calon yang sebenarnya tak pernah sekolah dan tak punya pengalaman terlibat dalam politik bisa mengalahkan sosok muda, intelektual dan matang dalam dunia politik. Ada sosok yang jelas-jelas cacat secara moral dengan bukti yang meyakinkan bisa mengalahkan calon lain yang catatan hidupnya bersih. Bahkan seorang yang sudah ditetapkan sebagai tersangka atas kejahatan korupsi ternyata masih juga bisa menang telak, alhasil pelantikan harus dilaksanakan di kompleks Lapas.
Dalam kasus Jokowi barangkali pilihan masyarakat menunjukkan adanya keinginan untuk berubah, masyarakat sudah bosan dengan gaya kepemimpinan yang begitu-begitu saja. Maka dalam konteks pemilukada lainnya, kasus Jokowi menjadi susah ditiru, karena amat tergantung pada sosok, bukan pada ide atau gagasan-gagasannya.
Apa yang sering diungkapkan oleh Jokowi akan terasa amat sederhana untuk menghadapi persoalan Jakarta yang amat kompleks.
Ingin sesuatu yang baru adalah keinginan yang asali dari manusia baik secara individual dan kolektif. Terpilihnya Obama sebagai Presiden Amerika Serikat tidak lepas dari faktor itu. Tim kampanye pemenangan Obama mampu mendorong munculnya keinginan akan ‘sesuatu yang baru’ pada publik pemilih Amerika. Oleh karenanya tag line yang dipilih adalah ‘Change’, perubahan.
Dan Jokowi bersama timnya atas salah satu cara memakai model itu juga. Jokowi dicitrakan sebagai sosok yang dekat dengan rakyat, mau berada dan bersama masyarakat. Kekuasaan tidak sebagai sesuatu yang sifatnya elitis melainkan kerja untuk rakyat.
Masyarakat yang sudah terlalu lama melihat kekuasaan seperti berada dalam menara gading dengan sendirinya akan melihat sosok yang merakyat sebagai sesuatu yang baru, kesederhanaan justru menarik. Masyarakat sadar bahwa presiden, gubernur dan bupati tak perlu harus orang yang pandai. Yang terpenting bagi mereka adalah pemimpin yang mau hadir dan merasakan apa yang dialami oleh masyarakatnya sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat.
Namun sesungguhnya persoalan pemilukada tidak sesederhana itu, seperti yang nampak di permukaan melalui berita. Dalam pemilukada di Indonesia, dibalik berbagai peristiwa kerap kali ada sosok-sosok yang tak terlihat namun sesungguhnya dialah yang menopang sosok tertentu yang maju dalam pemilukada. Calon kerap kali hanya merupakan ‘boneka’ dari para ‘king maker’ yang mempunyai kekuasaan tak terlihat namun menjerat entah karena kedudukan politik maupun uangnya yang berjimbun.
Maka tak heran ada sosok yang tak begitu dikenal – padahal dalam pemilukada langsung keterkenalan itu penting – bisa menang mengalahkan sosok-sosok lain yang populer.
Kenapa?. Karena mempunyai sokongan uang yang berlimpah dari pihak-pihak yang berkepentingan pada kekuasaan. Berhadapan dengan uang, pemilih memang kemudian menjadi pragmatis, lebih memilih uang tinimbang program. Pemilih sadar benar bahwa program-program yang digembar-gemborkan oleh para calon dalam kampanye 90% tidak akan dilaksanakan. Bagi pemilih diprogramkan atau tidak, sebagai pemimpin atau kepala daerah siapapun yang terpilih pasti mereka harus melaksanakan hal itu.
Kembali ke soal kemenangan Jokowi yang bisa dikatakan monumental karena sosoknya. Maka pertanyaannya adakah ciri-ciri yang pemimpin yang hebat dalam diri Jokowi?. Entahlah, secara impresi tidak sebab dari berbagai tampilannya Jokowi terlihat ‘Slow” jika dibandingkan dengan gerak Jakarta yang serba cepat.
Jadi ada baiknya kita bersabar, hanya yang pasti perbaikan selalu membutuhkan perubahan, namun apakah perubahan akan menghasilkan perbaikan, perlu waktu untuk membuktikannya.
Dan lagi-lagi di jaman reformasi ini dengan slogan perubahannya ternyata belum banyak perbaikan essensial yang dinikmati oleh masyarakat. Semoga ini tidak menjadi pengalaman warga Jakarta dibawah kepemimpinan Jokowi.
Pondok Wiraguna, 21 September 2012
@yustinus_esha
Orang boleh pandai setinggi langit, namun kalau tidak menulis maka akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah (Pram)
Pages
Label:
Kolom
Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (28)
Borneo Menulis
Minggu, 23 September 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Cari Blog Ini
Sekolah dan Bengkel Menulis Naladwipa
Merupakan hasil kerjasama Naladwipa Institute, Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Samarinda dan Desantara Foundation. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak muda untuk mengasah wawasan, kepekaan dan ketajaman untuk melihat apa yang terjadi di kesekitarannya.
Menulis Adalah Panggilan Jiwa
Blog ini merupakan wahana bagi peserta sekolah menulis Naladwipa dan Komkep Kasri untuk mempublikasikan tulisannya. Namun tetap terbuka bagi siapapun yang hendak mengirimkan tulisan juga. Silahkan masukkan tulisan ke badan email dan kirim ke borneo.menulis@gmail.com
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Popular Posts
-
Antara Antri IPAD dan Bensin Ketika masih duduk di bangku sekolah, libur kenaikan kelas adalah sebuah kegembiraan yang tidak terkira. Sebu...
-
Daun-daun masih basah, karena tadi sore hujan baru usai menyirami kampung yang berada di tepi sungai Kelian. Kini malam berganti terang pur...
-
Hujan rintik-rintik ditemani senja sedang merayap meraih malam di saat saya memasuki pintu gerbang desa Kutai Lama Kecamatan Anggana Kutai ...
-
Masihkan orang berpikir bahwa tato adalah penanda bagi mahkluk yang cenderung kriminal dan tindik (piercing) adalah peradaban massa silam?. ...
-
Berita merupakan produk aktivitas jurnalistik atas dasar informasi yang berdasar pada fakta. Jika sang jurnalis hadir atau berada dalam sebu...
-
Empat bulan lalu Ardi bersama keluarganya pindah rumah, ke tempat tinggal yang kini adalah miliknya sendiri. Bertahun-tahun Ardi, Esta istr...
-
Media memegang peran penting dalam dinamika sosio kultural di masyarakat. Di tengah iklim yang menindas, media bisa menjadi corong dari peng...
-
Resep apa yang digunakan oleh seseorang sehingga mampu melahirkan tulisan yang menawan. Sederhana saja, ramuan jitu dalam menulis hanya satu...
-
Istilah LSM sebenarnya contradictio in terminis atau korupsi makna. Sebagai sebuah institusi yang dinamai dengan Lembaga Swadaya Masyarakat...
-
Kemacetan tak lagi milik kota-kota metropolitan macam Jakarta, Bandung, Surabaya atau Medan. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang kin...
Ayo Menulis
Jika anda percaya bahwa kata-kata mampu menggerakkan perubahan maka mulailah menulis. Semua pantas ditulis dan perlu untuk dibagikan.
Daftar Link
Partisipan
Arsip Blog
- 06/26 - 07/03 (3)
- 07/03 - 07/10 (3)
- 07/10 - 07/17 (6)
- 07/17 - 07/24 (6)
- 07/24 - 07/31 (12)
- 07/31 - 08/07 (3)
- 08/14 - 08/21 (2)
- 08/28 - 09/04 (2)
- 09/04 - 09/11 (3)
- 10/02 - 10/09 (11)
- 09/02 - 09/09 (10)
- 09/09 - 09/16 (4)
- 09/16 - 09/23 (12)
- 09/23 - 09/30 (8)
- 09/30 - 10/07 (12)
- 10/07 - 10/14 (8)
- 10/14 - 10/21 (10)
- 10/28 - 11/04 (9)
- 11/04 - 11/11 (9)
- 11/11 - 11/18 (10)
- 11/18 - 11/25 (8)
- 11/25 - 12/02 (6)
- 12/02 - 12/09 (3)
- 12/09 - 12/16 (3)
- 12/30 - 01/06 (1)
- 01/06 - 01/13 (5)
Kunjungan
BORNEO MENULIS
0 komentar:
Posting Komentar