Sate Rasa Debu, Itu Derita Loe
“Mau makan sate rasa debu nggak”, begitu kata seorang teman. Tak jelas apa maunya mengatakan hal itu, apakah mau menawari atau sedang mau memberitahukan sesuatu. Dan ternyata ucapan itu hendak memberitahu bahwa betapa jalanan di Palaran yang baru dilalui olehnya begitu berdebu. Dengan penjelasannya maka pertanyaan sate rasa debu itu tak terlalu mengejutkan lagi.
Dalam beberapa tahun terakhir ini Palaran memang jadi perbincangan.
Nampaknya daerah itu disasar jadi area perluasan kota Samarinda. Langkah pertamanya memindah pelabuhan Samarinda ke sana. Dan sukses meski didahului dengan berbagai gejolak karena dipandang terburu-buru. Dan memang benar, jalanan disana tidak disiapkan untuk dilalui truk-truk raksasa. Alhasil timbullah lubang-lubang di jalanan, saat musim hujan menjadi jebakan berbahaya untuk siapapun yang melewatinya. Adalah pemandangan biasa, truk atau trailer terpelosok dalam lubang dan tak mampu maju maupun mundur.
Pengembang dengan naluri bisnisnya juga bergerak cepat.
Dibangunlah kompleks-kompleks perumahan baru, memapas gunung dan bukit, bahkan sebagian meski berlabel perumahan ternyata justru menambang. Dan petaka tiba, kubangan raksasa yang menampung air namun tidak didesain sebagai waduk jebol beberapa waktu lalu. Air ribuan kubik bercampur lumpur menyapu pemukiman dibawahnya, meski tak lama mengenangi sapuan air bercampur lumpur menyebabkan aneka kerusakan dan kerugian besar untuk masyarakat termasuk beberapa tempat pendidikan.
Untuk semakin mengukuhkan Palaran sebagai Samarinda baru, bahkan muncul kasak-kusuk kalau kantor gubernur kemungkinan akan dipindah ke sana. Dan kantor gubernur yang lama akan dijadikan kantor Walikota. Sementara kantor walikota kemungkinan besar akan dijadikan kawasan komersil. Dan seorang pengembang bahkan sudah menawarkan diri untuk membangun kawasan perkantoran gubernur itu, yang tentu saja di dalam kompleks mega estate yang dibangun olehnya saat ini.
Mimpi tentang ‘Palaran City’ mungkin memang kelewat tinggi atau ultra visoner sehingga abai pada kondisi kekinian.
Kondisi Palaran adalah wajah pembangunan yang tidak dimulai dari pondasi yang kuat namun tahu-tahu sudah beratap.
Tidak sulit untuk melihat dan menemukan fenomena pembangunan yang tidak berimbang. Ingin mencapai sesuatu yang begitu tinggi namun abai pada kebutuhan-kebutuhan sederhana yang sungguh diperlukan oleh masyarakat banyak. Apa artinya sebuah daerah mencapai level dan sebutan metropolitan atau bahkan kosmopolitan jika kemudian tak mampu memenuhi kebutuhan air bersih warganya, jika kemudian aliran listrik mati hidup, jika kemudian got-got mampet dan berbau.
Tiga tahun lebih saya dan tetangga di sekitar rumah mengalami aliran air PDAM malas mengalir sendiri. Tanpa disedot dengan pompa yang digerakkan dengan listrik maka tak bakal ada air di bak mandi dan tandon air. Setiap malam tiba, maka mulailah orkestra bunyi pompa air di kanan kiri rumah. Terkadang melengking dan berdesing apabila baru angin yang mampu disedotnya. Bunyi itu akan bertahan hingga dini hari. Selain boros energi, kebutuhan akan air membuat warga begadang setiap malamnya hingga kurang tidur. Dan itu wajah sebuah pemukiman yang tak jauh dari pusat pemerintahan.
Entah apa yang ada di benak para pemimpin daerah ini yang rencananya begitu luar biasa dan tinggi-tinggi namun lupa pada kebutuhan dasar dan sederhana dari warganya. Pembangunan masih selalu diterjemahkan sebagai tampilan fisik nan hebat dan membuat decak kagum yang melihatnya. Pembangunan dianggap pembangunan apabila didahului dengan ‘ground breaking’ dan kemudian diresmikan melalui seremoni-seremoni nan hebat.
Pertanyaannya untuk siapa semua itu?.
Menurut saya untuk para investor agar mereka semakin mudah membawa keluar sumberdaya alam yang dikeruk dari daerah ini.
Pondok Wiraguna, 20 September 2012
@yustinus_esha
Orang boleh pandai setinggi langit, namun kalau tidak menulis maka akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah (Pram)
Pages
Label:
Kolom
Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (23)
Borneo Menulis
Kamis, 20 September 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Cari Blog Ini
Sekolah dan Bengkel Menulis Naladwipa
Merupakan hasil kerjasama Naladwipa Institute, Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Samarinda dan Desantara Foundation. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak muda untuk mengasah wawasan, kepekaan dan ketajaman untuk melihat apa yang terjadi di kesekitarannya.
Menulis Adalah Panggilan Jiwa
Blog ini merupakan wahana bagi peserta sekolah menulis Naladwipa dan Komkep Kasri untuk mempublikasikan tulisannya. Namun tetap terbuka bagi siapapun yang hendak mengirimkan tulisan juga. Silahkan masukkan tulisan ke badan email dan kirim ke borneo.menulis@gmail.com
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Popular Posts
-
Antara Antri IPAD dan Bensin Ketika masih duduk di bangku sekolah, libur kenaikan kelas adalah sebuah kegembiraan yang tidak terkira. Sebu...
-
Daun-daun masih basah, karena tadi sore hujan baru usai menyirami kampung yang berada di tepi sungai Kelian. Kini malam berganti terang pur...
-
Hujan rintik-rintik ditemani senja sedang merayap meraih malam di saat saya memasuki pintu gerbang desa Kutai Lama Kecamatan Anggana Kutai ...
-
Masihkan orang berpikir bahwa tato adalah penanda bagi mahkluk yang cenderung kriminal dan tindik (piercing) adalah peradaban massa silam?. ...
-
Berita merupakan produk aktivitas jurnalistik atas dasar informasi yang berdasar pada fakta. Jika sang jurnalis hadir atau berada dalam sebu...
-
Empat bulan lalu Ardi bersama keluarganya pindah rumah, ke tempat tinggal yang kini adalah miliknya sendiri. Bertahun-tahun Ardi, Esta istr...
-
Media memegang peran penting dalam dinamika sosio kultural di masyarakat. Di tengah iklim yang menindas, media bisa menjadi corong dari peng...
-
Resep apa yang digunakan oleh seseorang sehingga mampu melahirkan tulisan yang menawan. Sederhana saja, ramuan jitu dalam menulis hanya satu...
-
Istilah LSM sebenarnya contradictio in terminis atau korupsi makna. Sebagai sebuah institusi yang dinamai dengan Lembaga Swadaya Masyarakat...
-
Kemacetan tak lagi milik kota-kota metropolitan macam Jakarta, Bandung, Surabaya atau Medan. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang kin...
Ayo Menulis
Jika anda percaya bahwa kata-kata mampu menggerakkan perubahan maka mulailah menulis. Semua pantas ditulis dan perlu untuk dibagikan.
Daftar Link
Partisipan
Arsip Blog
- 06/26 - 07/03 (3)
- 07/03 - 07/10 (3)
- 07/10 - 07/17 (6)
- 07/17 - 07/24 (6)
- 07/24 - 07/31 (12)
- 07/31 - 08/07 (3)
- 08/14 - 08/21 (2)
- 08/28 - 09/04 (2)
- 09/04 - 09/11 (3)
- 10/02 - 10/09 (11)
- 09/02 - 09/09 (10)
- 09/09 - 09/16 (4)
- 09/16 - 09/23 (12)
- 09/23 - 09/30 (8)
- 09/30 - 10/07 (12)
- 10/07 - 10/14 (8)
- 10/14 - 10/21 (10)
- 10/28 - 11/04 (9)
- 11/04 - 11/11 (9)
- 11/11 - 11/18 (10)
- 11/18 - 11/25 (8)
- 11/25 - 12/02 (6)
- 12/02 - 12/09 (3)
- 12/09 - 12/16 (3)
- 12/30 - 01/06 (1)
- 01/06 - 01/13 (5)
Kunjungan
BORNEO MENULIS
0 komentar:
Posting Komentar