Bangkit atau Lahir Kembali?.
Pada salah satu stasiun TV
disiarkan secara langsung konser Noah untuk menandai kembalinya Ariel sang
vokalis dalam kancah dunia hiburan tanah air. Ariel kembali bernyanyi dengan
teman-teman lamanya di Peterpan yang kemudian berganti nama menjadi Noah. Saya
tak sempat menyaksikan siaran langsung itu, namun dari Timeline di account
twitter, saya bisa memantau betapa ramainya sambutan masyarakat baik yang
nge-fans maupun yang tidak atas kembalinya Ariel di atas panggung.
Sukses pertunjukkan Ariel bersama
band barunya menghapus anggapan sementara orang ketika Ariel tersangkut kasus
asusila. Kala itu banyak yang berpikir bahwa Ariel akan tamat dan hilang dari
blantika musik Indonesia. Ada yang berpikir, bahwa kasus yang menimpa Ariel
adalah konspirasi dari para pihak yang ingin menghancurkan Ariel agar tenggelam
dari kancah dunia musik tanah air. Dan begitu Ariel dijebloskan ke penjara maka
selesailah kariernya. Para pesaing berhasil menjebloskan Ariel ke titik paling
rendah yang akan membuatnya sulit untuk bangkit kembali.
Namun ternyata tidak, sebab tak
berapa lama setelah bebas dari dinding dan jeruji penjara, Ariel justru
mengebrak lewat konser bertajuk dua benua, lima negara dalam sehari. Konser
yang kemudian mendapat penghargaan dari MURI. Tentu saja ini sebuah prestasi
yang luar biasa, yang mampu ditunjukkan oleh orang yang notabene belum lama
keluar dari penjara. Tidak banyak kisah tentang orang-orang yang baru keluar
dari penjara dan membuat berita baik.
Apakah semua ini karena Ariel
adalah sosok yang luar biasa dan kharismatik, sehingga ‘kesalahanannya’ tidak
lagi diperhitungkan oleh masyarakat banyak. Saya merasa bahwa Ariel hebat itu
memang benar dan tetap hebat meski berbuat sebuah kesalahan besar dalam
pandangan masyarakat. Namun sesungguhnya kesalahan Ariel tidak ada hubungannya
dengan kehebatannya sebagai penyanyi. Maka keselahan itu tak mengurangi apapun
yang berkaitan dengan keartisannya. Dan cerita seperti ini bukan hanya milik
Ariel belaka.
Kita mengenal ada Bupati yang
jelas-jelas di masa mudanya mengumbar gairah dan difilmkan. Film yang menurut
saya terpanjang untuk kategori ‘bokep’ amatir Indonesia. Banyak pemilihnya saya
kira menyaksikan film itu, tapi toh tetap memilih sang calon yang adalah
‘pendahulu’ Ariel sebagai Bupati. Jadi catatan perilaku seksual yang ‘buruk’
hampir tak menjadi indikator penting bagi seseorang atau kelompok untuk
‘menyenangi’ seseorang. Catatan perilaku seksual yang dianggap buruk bisa
menjadi bencana apabila sampai membuat seseorang dicopot dari kedudukannya,
misalnya di PAW di kursi dewan. Kalau terkena kejadian seperti itu maka bakal
kiamatlah karir politiknya. Atau kalau seorang penyanyi kemudian di pecat dari
Band-nya, maka hancur pulalah pondasi karirnya.
Apalagi jika menenggok kasus
Ariel, dimana bisa dikatakan seolah-olah Ariel adalah tumbal. Tumbal karena
Ariel dihukum atas kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang lainnya tapi
mereka tetap bebas. Ariel bahkan bisa jadi dianggap sebagai ‘kambing hitam’,
binatang korban yang diminta menanggung kesalahan para ‘pendahulunya’.
Jangan salah sangka dulu, saya
tak berniat membela Ariel, karena saya tak kenal dia dan tak ada untungnya pula
untuk saya. Saya ingin mengungkapkan pendapat bahwa apa yang dilakukan Ariel
selepas penjara bukanlah fenomena yang luar biasa. Mungkin memang hebat
sehingga dianugerahi rekor MURI. Rekor yang mau mengatakan bahwa belum ada
orang yang melakukan itu sebelumnya, dan ya itu saja.
Para pengemarnya pasti menganggap
Ariel hebat, Ariel mampu come back, bangkit kembali. Meski kalau mau jujur sebenarnya
dia (Ariel dan Bandnya) memang tak pernah tenggelam dalam kaitan dengan urusan
nyanyi. Jeda Ariel yang tinggal di penjara justru semacam amunisi yang kemudian
diledakkan dan dahsyat bunyinya tak lama setelah dirinya bebas dari penjara.
Selamat datang Ariel dan Noah
dalam blantika musik Indonesia, yang mungkin saja akan membuat gugup grup band
lainnya. Dan saya harus mengakui Ariel memang hebat tapi belumlah sehebat Bang
Haji Rhoma Irama.
Pondok Wiraguna, 18 September 2012
@yustinus_esha
0 komentar:
Posting Komentar