Tunggang Langgang
Impian saya hari ini adalah
menghentaknya jari di virtual keyboard yang muncul di layar dengan sentuhan.
Sepertinya ketukkan akan terasa ringan dan tak ada ‘hard impact’ pada tulang
jemari. Mimpi ini mengingatkan saya pada
masa 20 tahun yang lalu, saat pertama saya begitu takut-takut menyentuh
perangkat PC yang berlayar biru. Semua masih serba memakai kontrol dan bantuan
disket untuk booting. Pernah suatu kali saya setengah hari duduk di hadapan
komputer, karena takut mematikannya sehingga saya tunggui sampai kakak kelas
yang paham masuk kembali ke ruangan.
Lalu sekitar tahun 96 mulailah
saya memakai komputer yang sudah cukup mudah pengoperasiannya. Tak perlu lagi
booting dengan disket, programnya juga mulai banyak, termasuk huruf berhias
sehingga bisa bergenit-genit dengan tampilan tulisan. Laptop saat itu masih
jarang, sehingga jika ada kegiatan maka siap-siap mengotong CPU, Layar, Stavol
dan UPS. Waktu itu mengotong-ngotong perangkat PC ke ruang pertemuan di
hotel-hotel terasa gagah, tapi kalau sekarang harus melakukan itu maka saya tak
bakalan sudi.
Tak lama kemudian saya mulai
memakai laptop, yang sesekali dipinjamkan oleh teman. Meski sebenarnya berat
karena tebalnya hampir sama dengan buku kitab suci, membawa laptop
kesana-kemari adalah kebanggaan tersendiri. Saat itu laptop amatlah jarang dan
harganya masih mahal. Maka siapa yang membawanya ibarat orang-orang pilihan.
Booming laptop tiba, bentuknya
semakin tipis dan dilengkapi dengan modem internal. Maka ketika
nongkrong-nongkrong di warung kopi, rasanya wajib membawa laptop untuk
menunjukkan eksistensi agar tidak dikira gaptek. Tapi ada masa kemudian saya
tak mau mengeluarkan laptop lantaran malu, sebab laptop saya bukan termasuk
kategori laptop gaya hidup. Laptop yang percaya diri nangkring di meja-meja
cafe adalah yang berlambang ‘apel digigit’, mac book.
Belum juga mampu membeli mac
book, kini meja-meja cafe dihiasi oleh lembar tipis, sabak elektronik alias
komputer tablet. Memang banyak tablet yang beredar di pasaran, bahkan harganya
mulai dari sejutaan. Tapi lagi-lagi bukan soal tabletnya melainkan mereknya,
untuk apa mengeluarkan tablet jika bukan Samsung Galaxy atau IPAD.
Dunia memang berubah dengan
cepat, semakin hari kecepatannya semakin tinggi, secepat prosessor yang kini
terpasang di gadget-gadget canggih. Bahkan kini yang namanya core duo pun tak
lagi dipamerkan sebagai iklan, karena sudah sampai quard core. Semua yang
lambat-lambat bakal tertelan jaman. Mengikuti perkembangan membuat kita menjadi
terengah-engah. Yang satu belum terbeli, model lainnya sudah keluar tanpa
menunggu tahun.
Perubahan yang cepat sejatinya
tak hanya dalam soal teknologi, trend atau kecenderungan yang lain menyangkut
gaya hidup, sosial, ekonomi dan politik juga berubah dengan sangat cepat. Dunia
seolah kini sudah berlari, lari dengan kecepatan para sprinter. Idola tak
bertahan lama, terpeleset sedikit yang ngantri untuk mengantikan sepanjang
kemacetan di pelabuhan merak-Bakahueni. Tak heran jika kemarin seorang bintang
membikin fans-nya pingsan-pingsan, esoknya tak ada lagi yang minta meski hanya
untuk berfoto bersama-sama. Kedudukan yang tinggipun bisa dengan cepat
menjungkalkan orang ke lubang terdalam. Hari lalu adalah penguasa yang
terhormat dan ditakuti, besok digiring polisi dengan tangan terborgol mirip
pencuri ayam habis digebukin orang sekampung.
Perkembangan dalam dunia ITK
adalah representasi dari kecepatan perubahan saat ini. Kemampanan adalah
sesuatu yang langka. Perubahan terjadi dari detik ke detik seperti yang sering
diucap oleh Amien Rais. Kecepatan yang membuat kita sering ragu, hanya mampu
membuat kesimpulan sesaat. Karena umur orang baik bisa jadi sangat pendek,
karena tak lama ternyata terbukti kebusukkannya. Kekuasaan bisa jadi juga
sangat nisbi, seolah-olah, karena selalu terancam untuk diturunkan derajatnya.
Popularitas bisa dengan sekejap diraih, tapi juga dalam sekerjap mata berkedip
hilang kembali. Tak heran jika kemudian banyak orang-orang ternama, merana dan
kemudian memilih ‘mematikan diri’ dengan perbuatan konyol lantaran tak tahan
menghadapi perubahan.
Perubahan adalah sebuah rangkaian
pencapaian yang terus menerus, dalam dunia produksi diperlihatkan lewat
kelahiran seri-seri baru yang semakin baik dan lengkap. Namun kita tak selalu
harus memakai yang terbaru, meski selalu ingin. Perubahan adalah sesuatu yang
melingkupi diri kita bukan mengurung apalagi mengungkung. Kita tak bisa menolak
tapi tak harus ikut larut ke dalamnya. Nikmati perubahan, siap selalu
menghadapinya dan tak perlu tunggang langgang karenanya.
Pondok Wiraguna, 17 September 2012
@yustinus_esha
0 komentar:
Posting Komentar