Ndeso Ala Jokowi
Joko Widodo, Walikota Solo yang kemudian populer dengan sebutan Jokowi dari sisi manapun bukanlah sosok yang istimewa. Penampilannya yang biasa saja, gaya bicara yang cenderung ‘klemak-klemek’ tak menunjukkan sosok pemimpin yang biasa ada dalam gambaran kita. Namun justru karena ‘biasa-biasa’ saja itulah kemudian Jokowi justru menjadi ‘luar biasa’.
Cerita yang ‘biasa’ justru menjadi ‘luar biasa’ sebenarnya kisah yang biasa saja dalam dunia kepemimpinan.
Mahatma Gandi menjadi inspirasi yang luar biasa karena ‘kesederhanaan’ dengan tampil dan berlaku biasa. Memakai produk bikinan bangsa sendiri (yang dibuat sendiri), memakan makanan yang dihasilkan oleh masyarakatnya sendiri. Mother Theresa, yang kemudian menjadi ‘orang suci’ juga karena perbuatan yang biasa, yaitu menolong orang yang sekarat agar mati sebagaimana layaknya manusia, mati di rumah, bukan di pinggir jalan.
Jokowi sebagai pemimpin sadar betul bahwa masyarakat tidak butuh pemimpin dengan cita-cita besar, rencana besar. Sebab dalam konteks pembangunan sudah ada departemen, lembaga dan lain sebagainya yang isinya orang-orang pintar merencanakan hal itu. Tugas pemimpin mendengar masukkan, memikirkan dan membuat keputusan, mendukung atau tidak.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang ‘memanusiakan, orang atau masyarakat yang dipimpinnya.
Masyarakat butuh bukti bahwa pemimpinnya ‘memanusiakan’, tidak perlu melalui rangkaian program yang keren dan wah, seperti pakta integritas, land of integrity dan clean and green city, dll. Cukup buktikan bahwa pemimpin bukanlah orang yang zalim, dengan menggusur pedagang kecil tanpa ha-hi-hu, mengusir dengan pentungan., merobohkan lapak dengan traktor.
Cukup dengan menjadi ‘orang tua, teman atau sahabat’ yang mau ditemui dan menemui, bukan hanya menyahut di koran atau televisi.
Rakyat atau masyarakat perlu bukti, bukan hanya sekedar slogan yang indah dan terpasang di baliho-baliho yang ada di halaman kantor, pinggir jalan dan lapangan. Pemimpin yang melayani terbukti lewat pembuatan KTP yang tak perlu waktu berbulan-bulan, melainkan menit. Bukan sekedar gratis tapi juga cepat dan tidak berbelit-belit. Pemimpin yang mengayomi, terbukti lewat ruang-ruang terbuka hijau, rindang, enak dan nyaman untuk mengaso di kala hari panas, menikmati mentari sore hari dan malamnya bukan menjadi tempat ‘adu mesum’.
Di luar segala macam proyeksi dan proyek pencintraan, dari Solo nama Jokowi moncer lewat aneka pemberitaan. Tingkah lakunya sebagai Walikota yang mencerminkan ‘dirinya sendiri’ membuat programnya tidak neko-neko. Jokowi menjadi antitesis dari banyak sosok yang ketika menjadi pemimpin berlaku menjadi ‘orang lain’. Segala sesuatunya mulai berubah, mulai dari cara jalan, cara bicara, cara makan, cara menyapa orang lain, bahkan senyum dan tawapun diatur. Sosok yang menjadi kaku karena dibentengi oleh berbagai kaidah-kaidah laku pemimpin yang dicipta oleh para penasehatnya.
Nama Jokowi semakin meroket ketika dicalonkan menjadi gubernur DKI Jakarta dan kemudian mampu meraup suara terbanyak pada pemilukada putaran pertama. Jakarta, kota ultra metropolitan, tempat segala kemajuan, garda terdepan dari gaya hidup ternyata memberikan suaranya untuk sosok ‘ndeso dan katrok’. Sosok yang jelas sangat biasa saja untuk masyarakat Jakarta. Maknanya jelas bahwa masyarakat sebenarnya rindu pemimpin yang sederhana, jujur dan apa adanya. Soal apa yang diperlukan oleh Jakarta, ada berjibun cerdik pandai yang sangat paham dan mampu membantu merumuskan aneka program dan proyek yang diperlukan oleh Jakarta dan warganya.
Pemimpin yang tidak berpretensi untuk membangun ‘monumen kedirian’ akan terbuka terhadap masukkan dan kebutuhan warganya.
Kemenangan Jokowi di putaran pertama pemilukada DKI Jakarta barangkali mengejutkan bagi mereka yang mendukung ‘status quo’, pendukung kemapanan. Bagaimana mungkin seorang yang gemar ‘blasak-blusuk’ bakal memimpin Jakarta, andai dia kemudian menang di putaran ke dua.
Orang mungkin khawatir jika kemudian wajah birokrasi di DKI Jakarta akan berubah. Perubahan yang mungkin saja akan merugikan atau mengeser kelompok-kelompok kepentingan tertentu yang selama ini telah menikmati keuntungan dan ingin terus menikmatinya.
Serangan demi serangan yang dilancarkan ke kubu Jokowi pasca kemenangan pada putaran pertama pemilukada DKI Jakarta barangkali tidak berasal dari kubu lawannya. Melainkan dari kubu yang kemungkinan besar akan dirugikan andai kemudian Jokowi berhasil memimpin Jakarta. Kubu yang tidak selalu berasal atau ada dalam pemerintahan.
Adalah normal dalam hajatan pemilihan muncul kampanye-kampanye hitam. Menyoal dari yang masuk akal sampai yang mengada-ada. Yang terpenting justru bagaimana pihak yang diserang menanggapi ocehan-ocehan yang bebas berkeliaran di luaran. Dan dari Jokowi, saya kira kita bisa belajar bagaimana menanggapi serangan dengan proporsional. Tidak juga cuek bebek namun tak juga kebakaran jenggot. Tidak semua serangan harus ditanggapi atau dihadapi secara khusus, misalnya lewat pidato atau konperensi pers. Apalagi jika serangan itu berasal dari sumber-sumber yang tidak jelas.
Dan saya berharap, SBY sebagai presiden RI bisa belajar dari Jokowi untuk tak terlalu reaktif dalam menghadapi serangan dan juga kritikan. Tak ada gunanya meski ganteng, santun dan tinggi besar apabila dalam berbagai kesempatan sering marah-marah gara-gara persoalan yang tidak penting.
Pondok Wiraguna, 7 September 2012
@yustinus_esha
Orang boleh pandai setinggi langit, namun kalau tidak menulis maka akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah (Pram)
Pages
Label:
Kolom
Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (13)
Borneo Menulis
Rabu, 12 September 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Cari Blog Ini
Sekolah dan Bengkel Menulis Naladwipa
Merupakan hasil kerjasama Naladwipa Institute, Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Samarinda dan Desantara Foundation. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak muda untuk mengasah wawasan, kepekaan dan ketajaman untuk melihat apa yang terjadi di kesekitarannya.
Menulis Adalah Panggilan Jiwa
Blog ini merupakan wahana bagi peserta sekolah menulis Naladwipa dan Komkep Kasri untuk mempublikasikan tulisannya. Namun tetap terbuka bagi siapapun yang hendak mengirimkan tulisan juga. Silahkan masukkan tulisan ke badan email dan kirim ke borneo.menulis@gmail.com
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Tulisan akan ditata sedemikian rupa tanpa merubah isi dan subtansinya.
Popular Posts
-
Antara Antri IPAD dan Bensin Ketika masih duduk di bangku sekolah, libur kenaikan kelas adalah sebuah kegembiraan yang tidak terkira. Sebu...
-
Daun-daun masih basah, karena tadi sore hujan baru usai menyirami kampung yang berada di tepi sungai Kelian. Kini malam berganti terang pur...
-
Hujan rintik-rintik ditemani senja sedang merayap meraih malam di saat saya memasuki pintu gerbang desa Kutai Lama Kecamatan Anggana Kutai ...
-
Masihkan orang berpikir bahwa tato adalah penanda bagi mahkluk yang cenderung kriminal dan tindik (piercing) adalah peradaban massa silam?. ...
-
Berita merupakan produk aktivitas jurnalistik atas dasar informasi yang berdasar pada fakta. Jika sang jurnalis hadir atau berada dalam sebu...
-
Empat bulan lalu Ardi bersama keluarganya pindah rumah, ke tempat tinggal yang kini adalah miliknya sendiri. Bertahun-tahun Ardi, Esta istr...
-
Media memegang peran penting dalam dinamika sosio kultural di masyarakat. Di tengah iklim yang menindas, media bisa menjadi corong dari peng...
-
Resep apa yang digunakan oleh seseorang sehingga mampu melahirkan tulisan yang menawan. Sederhana saja, ramuan jitu dalam menulis hanya satu...
-
Istilah LSM sebenarnya contradictio in terminis atau korupsi makna. Sebagai sebuah institusi yang dinamai dengan Lembaga Swadaya Masyarakat...
-
Kemacetan tak lagi milik kota-kota metropolitan macam Jakarta, Bandung, Surabaya atau Medan. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang kin...
Ayo Menulis
Jika anda percaya bahwa kata-kata mampu menggerakkan perubahan maka mulailah menulis. Semua pantas ditulis dan perlu untuk dibagikan.
Daftar Link
Partisipan
Arsip Blog
- 06/26 - 07/03 (3)
- 07/03 - 07/10 (3)
- 07/10 - 07/17 (6)
- 07/17 - 07/24 (6)
- 07/24 - 07/31 (12)
- 07/31 - 08/07 (3)
- 08/14 - 08/21 (2)
- 08/28 - 09/04 (2)
- 09/04 - 09/11 (3)
- 10/02 - 10/09 (11)
- 09/02 - 09/09 (10)
- 09/09 - 09/16 (4)
- 09/16 - 09/23 (12)
- 09/23 - 09/30 (8)
- 09/30 - 10/07 (12)
- 10/07 - 10/14 (8)
- 10/14 - 10/21 (10)
- 10/28 - 11/04 (9)
- 11/04 - 11/11 (9)
- 11/11 - 11/18 (10)
- 11/18 - 11/25 (8)
- 11/25 - 12/02 (6)
- 12/02 - 12/09 (3)
- 12/09 - 12/16 (3)
- 12/30 - 01/06 (1)
- 01/06 - 01/13 (5)
Kunjungan
BORNEO MENULIS
0 komentar:
Posting Komentar