Amatan Acak : AKU dan NUSANTARA (12)

Selasa, 11 September 2012


Be Your Self, Do It Now

Jadilah diri sendiri dan kerjakan mulai saat ini juga. Pesan yang berisi semangat untuk menjadi yang ditujukan pada diri sendiri itu tertulis dalam selembar kertas yang kemudian ditempel pada dinding dekat meja belajar seorang teman. Masih ada pesan lain tapi saya tak terlalu ingat.

Menjadi diri sendiri adalah tema penting dalam sessi-sessi pengembangan diri. Intinya mau mengingatkan bahwa setiap orang unik, mempunyai kekhasan yang tak dipunyai oleh orang lain, mempunyai penanda yang bisa menjadi pembeda dan seterusnya.  

Sewaktu mengikuti pendidikan rohani (spiritualitas) di salah satu tarekat religius sessi awal yang harus saya ikuti adalah Who Am I. Dalam sessi ini saya diajak berproses untuk mengenali diri saya dan bagaimana saya mengambarkan diri saya sendiri. Proses pengenalan diri dilakukan dengan mengulang kembali perjalanan hidup (to journey my life). Apa yang saya ingat dalam rentang waktu tertentu, kapan saya mulai menyadari ‘keberadaan’ diri.

Perjalanan yang akan memberikan peta tentang apa yang saya suka dan tidak saya suka, apa saja yang mempengaruhi hidup saya entah itu orang, peristiwa, buku, film dan apapun. Apa yang tertanam paling dalam dalam diri saya, hal-hal baik maupun hal-hal yang menganggu. Soal hal-hal baik itu tidak jadi masalah, tapi banyak ‘batu karang’ sebenarnya tersimpan dalam diri kita yang menghambat ‘aktualisasi diri’. Batu karang bisa berupa trauma, ketidakpuasan, dendam dan kebencian, yang terus menganggu.

Hal-hal dan perasaan buruk disebut batu karang karena telah mengeras dalam diri kita, menuntun perilaku dan sikap kita atas sesuatu, menganggu dan kadang menyakitkan. Maka kita perlu berdamai dengannya. Tidak ada peristiwa atau kejadian di masa lalu yang tidak mengenakkan akan hilang dari benak kita. Hard disk dalam diri kita tidak bisa di – erase atau di reset terkecuali kita ingin kehilangan semua ingatan.

Bagian terpenting dari menjadi diri sendiri adalah berdamai dengan masa lalu. Menerima dengan tangan terbuka segenap pengalaman entah yang mengenakkan atau yang tidak di masa yang lalu. Kita tetap akan ingat bahwa di masa lalu misalnya kita pernah benar-benar dipermalukan, tapi ingatan itu hari ini tak akan membuat  hati kita panas mendidih saat bertemu dengan orang yang terlibat didalamnya. Kita di masa lalu mungkin pernah bersalah pada orang tertentu, namun kini tak lagi membuat kita menghindar bertemu dengannya.

Kembali pada persoalan menjadi diri sendiri, banyak orang salah sangka atau bahkan menjadi dilemahkan. Menjadi diri sendiri atas salah satu cara adalah mengenal diri apa adanya. Banyak orang menemukan dirinya lemah, tidak berkualitas, sehingga menjadi diri sendiri berarti terima nasib, ya sudah begini saja, toh saya tidak berbakat apa-apa. Padahal menerima diri apa adanya adalah titik berangkat, bukan melemah. Misalnya karena saya pendek maka saya tak akan bisa main basket. Karena kecil saya tak akan bisa pemimpin dan seterusnya.

Menerima diri apa adanya sebagai titik berangkat adalah sebuah kesadaran akan adanya ruang terbatas dalam diri kita yang tidak bisa kita ubah. Namun di balik itu ada sebuah potensi yang kita bisa gali. Karena tidak dikarunia suara bawaan yang merdu, maka agar bisa menyanyi dengan baik saya mesti belajar notasi adna berlatih vokal dengan rajin. Dan seterusnya.

Menerima diri adalah langkah penting sebab banyak orang terhambat kemajuan hidupnya, tak mampu menjadi yang terbaik karena menemukan dirinya ‘kurang’ dan terus menyesalinya sambil berandai-andai kalau saja ini dan itu. Hidup menjadi orang yang terus menerus mengeluh. Wajahnya yang mungkin saja ganteng atau cantik menjadi buram karena memasang topeng muka susah.

Hari ini menjadi diri sendiri bukanlah persoalan yang mudah. Sebab kita hidup dalam jaman dimana citra terus diciptakan. Standar soal ini dan itu ada dalam segala sesuatu. Kita menjadi imagi dari jaman, lingkungan pergaulan, tempat kerja dan apapun yang melingkupi kita. Tak heran jika kemudian sebagaian besar dari kita hidup menurut trends, ikut arus, mengalir saja berdasar apa yang sedang terjadi di sekitar kita.

Entahlah, teman saya itu sudah menjadi dirinya sendiri atau belum. Namun yang patut saya kagumi adalah dia menulis perintah pada dirinya sendiri, menyadari bahwa menjadi diri sendiri adalah proses yang terus menerus harus dilakukan. Dan kesadaran itulah yang terpenting agar kita tidak ikut arus, terseret atau bahkan tenggelam dalam pusarannya.

Pondok Wiraguna, 8 September 2012
@yustinus_esha

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum