AQUA Mengalir Sampai Jauh

Rabu, 05 Oktober 2011


Bagian terbesar dari bumi adalah air, demikian juga dengan tubuh manusia. Namun dari jumlah air yang begitu besar di bumi ini hanya sebagian kecil saja yang layak untuk dikonsumsi. Maka kebutuhan akan air bersih, air yang layak dikonsumsi menjadi salah satu kebutuhan utama selain sandang, papan dan pangan. Selain untuk konsumsi, air dalam jumlah yang amat besar juga dibutuhkan oleh sektor pertanian, peternakan/perikanan dan industri.

Bicara soal air bersih, meski mempunyai sumber air yang berlimpah tidak semua daerah di Indonesia mampu menyediakan kebutuhan itu secara memuaskan bagi masyarakatnya. Pemerintah melalui Perusahaan Air Minum (PAM) berusaha memenuhi mandat itu. Namun perusahaan yang usianya barangkali hampir seusia republik ini ternyata tidak semakin pintar dalam menjalankan perannya. Selalu muncul daerah-daerah blank spot, ada saluran pipa tapi airnya tiada. Dibagian lainnya hidup segan mati tak mau, mengalir hanya pada jam tertentu, itupun harus dibantu dengan mesin sedot air.

“Sudah tiga bulan lebih air di rumah tidak mengalir, setetespun tidak”, ujar Arman dengan geram.

“Di tempatku, begitu jam sembilan malam mulailah konser desing mesin pompa. Awalnya sih menganggu tapi lama kelamaan melodinya indah juga”, sahut Jordi sambil tersenyum kecut.

“Dalam artian tertentu, PAM telah menjelma menjadi Perusahaan Angin Melulu. Karena jalur pipanya tak lagi mengalirkan air. Dan berikutnya mereka menganggap manajemen pengolahan air dan distribusinya sebagai angin lalu. Tak nampak ada warta yang mengabarkan institusi ini melakukan peningkatan kwalitas, kecerdasan dan ketrampilannya untuk memperbaiki kinerjanya”, ungkap Mas Romo.

“Betul itu, kalaupun ada kabar biasanya hanya pengumuman dan keriuhan soal penerimaan serta seleksi direkturnya. Namun setelah terpilih tak jelas apa yang dilakukan olehnya”, sambung Arman.

Air PAM (ledeng) memang dirindukan banyak orang tapi banyak juga orang yang naik darah karenanya. Padahal kini rumah konsumennya, air pam kebanyakan hanya digunakan untuk MCK (mandi, cuci dan kakus). Melihat penampilan air yang mengalir lewat pipa, tak banyak lagi yang berani menggunakannya untuk masak dan minum. Kebutuhan air minum dan masak masyarakat kini lebih banyak ditopang oleh AMDK (air minum dalam kemasan).

“Keadaan semakin sulit, kini rumah tangga bersaing dengan kebutuhan usaha rumahan yaitu permandian motor yang muncul di mana-mana”, ungkap Jordi yang rutin memandikan motornya di tempat cuci motor karena susah air di rumahnya.

“Kita ini selalu masih menganggap air berlimpah, namun minim kesadaran bahwa tak semua air bisa kita gunakan. Akibatnya boros dalam penggunaan, terlalu banyak air yang dibuang sia-sia dan tak ada usaha untuk menanam air, menjaga sumber-sumbernya”, terang Mas Romo.

“Ironis ya, apalagi kalau bicara soal perusahaan yang berbasis air. Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan berkembang luar biasa, inovasinya dan sumbangsihnya untuk masyarakat begitu terasa. Mau tak mau ini menimbulkan dikotomi pandangan yang memisahkan antara perusahaan swasta dan perusahaan negara atau daerah. Seolah swasta selalu lebih becus bahkan dalam urusan layanan publik yang sebenarnya dimandatkan untuk perusahaan negara atau daerah”, kata Arman.
Bukan omong kosong memang kalau Perusahaan AMDK lebih inovatif. Dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini mereka mampu menjawab keraguan akan kelayakan produksinya untuk langsung diminum. Dan soal harga kini masyarakat bersedia membayar apa yang mereka dulu katakan sebagai lebih mahal dari seliter bensin.

“Kini kita memasuki apa yang disebut sebagai revolusi biru, dimana air menjadi komoditi yang strategis dan banyak diincar oleh perusahaan multinasional. Jika PAM tidak berbenah maka perlahan tapi pasti, satu per satu bakal dicaplok perusahaan luar negeri. Bukan omong kosong lagi jika kelak di rumah kita mengalir air Perancis, air Belanda atau bahkan air Malaysia”, kata Mas Romo sembari memberi contoh layanan air bersih di Jakarta dan Manado yang dioperasikan oleh perusahaan dari Perancis dan Belanda.

Bumi dan apa yang tersimpan didalamnya oleh konstitusi dimandatkan untuk dikelola oleh negara demi kemakmuran rakyatnya. Tapi selalu saja perusahaan swasta multinasional yang lebih pintar dalam mengambil manfaatnya.

“Katong su menikmati air leding....... “ begitu kata bocah di sebuah iklan sambil tak lupa mengucapkan terima kasih pada sebuah perusahaan air minum dalam kemasan yang kini dimiliki oleh perusahaan multinasional dari Perancis.

Yustinus Sapto Hardjanto
Sociocultural Networker’s

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum