GOOGLING

Rabu, 07 September 2011


Pagi, ketika hampir sebagian besar orang bergegas cepat agar tidak terlambat masuk kantor atau sekolah, Budi justru berleha-leha duduk di teras depan membaca koran yang dilempar dari luar pagar oleh pengantarnya. Sebagai pekerja tidak tetap, Budi memang tidak dikejar oleh waktu, hari-harinya terasa longgar. Begitu juga dengan agenda hari ini, hanya satu yang terbersit dalam benak Budi, yaitu pergi ke warnet untuk googling. Google adalah sahabat terdekat Budi, jadi jangan tanya apa itu internet sebab Budi akan malas menjelaskannya. Persis sama dengan Andra temannya yang sering berkata
“Kalau cari sesuatu jangan diinternet, tapi di google saja karena jauh lebih cepat”.
Sebagaimana Andra, Budi tak peduli dengan cemooh orang yang kerap mentertawakan prinsip google mereka. Dan meski Budi tahu bahwa tak akan ada google tanpa internet, toh tetap saja dia tak mau memperharui imannya, bahwa google memang cepat dan internet cenderun lemot. Gara-gara keteguhannya mempertuhankan google, lama kelamaan teman-temannya terpengaruh juga. Kini mereka jarang menyebut internet, berselancar di dunia maya tak lagi disebut main internet melainkan googling.
Tepat jam sembilan pagi, Budi melangkahkan kaki meninggalkan rumah menuju warnet yang letaknya tak jauh dari kediamannya. “Brownies Net” adalah warnet favorit Budi, selain tarifnya moderat di biliknya tidak dilarang untuk merokok. Googling dengan rokok ditangan membuat Budi leluasa menelusur dunia maya, tidak terganggu oleh mulut yang asam gara-gara tidak mengepulkan asap.
“Eh, mas Googling…. Welcome bro…. sudah beberapa hari nggak terlihat”, sapa penjaga warnet yang hafal betul kebiasaan Budi.
“Keluar kota saya beberapa hari lalu”.
“Travelling terus ya mas ….. kenapa nda mendirikan biro jasa perjalanan saja biar tambah sering menghilang”.
“Bukan jalan-jalan tapi meeting, biasa bertukar gagasan untuk memperbaiki negeri ini”, jawab Budi sambil tersenyum.
“Sampeyan memang top mas …. Sedikit-sedikit meeting, apa gak pening kepala mas”.
“Iya juga …. Tapi ada obatnya kok yang manjur “.
“Googling ya mas” tebak penjaga warnet.
“Nah, itu dia… ternyata kamu sudah tahu juga”.
“Oh..ya silahkan mas, bilik no 13 saja …baru monitornya mas…lebih terang dan tajam”, kata penjaga warnet.
“Oke ..trima kasih ..sudah memberi nomor sial, tapi nda masalah buat saya”, jawab Budi tersenyum sambil melangkahkan kaki menuju bilik nomor 13 sebagaimana ditunjukkan penjaga warnet.
Dan memang benar, monitornya memang baru . Nampak jelas benar merknya yang berasal dari Negeri Gingseng Korea. Budi segera menghidupkan komputer di hadapannya dan kemudian log-in memakai ID dengan tarif yang telah di beri diskon khusus oleh pemilik warnet. Dan segera Budi menulis www.google.co.id di browser favoritnya yang mampu menampilkan beberapa jendela tanpa kehilangan halaman navigasinya.
Budi memasukkan entri sex pada kolom pencarian, hampir 3 juta halaman web yang mengandung kata itu. Kemudian dia melanjutkan dengan kata god, dan hasilnya halaman dalam jumlah yang hampir sama di index oleh google.
“Tuhan dan seks ternyata bersaing memperebutkan ruang di dunia maya”, batin Budi dalam hati. “Ah, tapi seks kan netral jadi tak harus dipertentangkan dengan Tuhan”. Lanjutnya.
Budi kemudian memasukkan entri porno dalam mesin pencari. Hasilnya luar biasa, hampir 10 juta halaman porno diindex oleh mesin pencari.
“Gila ternyata porno menjadi penguasa utama dunia maya”, kata Budi lirih.
Iseng-iseng budi membuka salah satu halaman yang diindex oleh mesin pencari. Tag-nya jelas-jelas sangat porno. Budi mengklik link itu agar terbuka pada tab berikut di browsernya. Link yang dipromote amat porno ternyata halaman yang isinya justru pesan dan buku-buku berbau religius.
“Luar biasa, bahkan untuk mengantar kepada perihal berbau religius, pemilik situs mesti harus memasang tag porno di mesin pencari agar menarik pengunjung” pikir Budi.
“Jadi andai semua situs yang mengandung atau di tag dengan kata porno, di blok maka akan banyak pula perihal yang mulia, suci dan penuh ajaran moral bakal menghilang dari mayantara”.
Budi jadi teringat pada otoritas negara yang mengurusi perihal lalu lintas informasi yang berkaitan dengan IT. Dengan niat mulia ingin melindungi generasi muda bangsa, segala hal yang berbau porno bakal di blok agar tak bisa muncul di layar gadget para pengila informasi. Namun rupanya niat yang walau mulia ternyata tak mudah dilakukan. Sebab ternyata begitu kata porno di blok banyak situs-situs lainnya ikut pingsan dan tak bisa diakses. “Ups..your page is broken”.
Hampir tiga jam, Budi berkutat di depan layar monitor. Matanya mulai berair, capek dan pedih karena bilik mulai dipenuhi dengan asap rokok. Saat meluruskan bagan di kursi, penjaga warnet datang membawa segelas kopi.
“Minum mas… masih anget dan gratis”, katanya sambil tersenyum.
Budi segera meraih cangkir yang diletakkan di samping keyboard. Dihirupnya perlahan, dan hangat kopi merambat pelan di tenggorokannya, harum aromanya sejenak membuatnya serasa tenang. Kopi dan rokok adalah paduan resep yang tepat untuk memancing kerja otak agar tetap bersemangat. Dan tak lama kemudian, alarm googling kembali memanggil dan membimbing jemari Budi untuk kembali menelusuri halaman-halaman web mencari apa yang dimaui oleh pikirannya.
Jemari Budi segera menari, dituliskannya entri spirituallity pada kolom pencarian. Mesin pencari mulai bekerja dan tersajilah halaman berisi perihal spiritualitas. “Cukup banyak ternyata”, gumannya dalam hati.
Budi mulai menjelajah halaman demi halaman, meneliti isinya dan siapa yang mengelola situsnya. Ternyata tak banyak lembaga resmi keagamaan yang menebar ajaran lewat jejaring maya. Padahal peluang, kesempatan dan jangkauan “kerasulan” lewat dunia maya jauh lebih luas dan terbuka lebar. Lingkaran pengaruh mayantara juga terbukti mujarab. Bukankah banyak orang, pemikiran, gagasan dan ajaran menjadi dikenal karena muncul dan bermula dari dunia maya.
“Apakah ini pertanda bahwa lembaga keagamaan resmi sudah membeku, nyaman dalam kemapanan dan hanya gemar mengkritik kemajuan jaman sebagai mengancam kehidupan kaum beriman. Jangan-jangan semua itu hanya pertanda bahwa mereka tidak mampu menyesuaikan dengan kemajuan jaman”, pikir Budi.
Layar nampak berkedip-kedip pertanda ada seseorang menghubungi Budi melalui chat box. Dan Budi segera mengklik tanda adanya ajakan untuk berbincang. Ternyata Dullah teman lamanya di mayantara menunggu dalam bilik perbincangan.
“Pa kabar mas Bro …. Googling forever yo”, begitu pesan Dullah.
“Oey … Pak Boss …. Lagi mau sembahyang di katedral virtual..he…he…”.
“Wah…mulai mendapat panggilan iman rupanya?”.
“Begitu memang rupanya … ternyata kerinduan pada Tuhan itu sifat bawaan”.
“Dalem ini mas Bro …..”.
“Lha iya lah …. He..he…”.
“Teruskan dulu Mas Bro …. Nanti di bagi ya hasil pencariannya”.
“Sip Pak Boss yang penting siap-siap untuk menerima pencerahan”.
Budi menutup chat boxnya dan kemudian meneruskan googling untuk mencari tempat-tempat tujuan wisata spiritual. Ternyata banyak negara menikmati devisa berlimpah dari kunjungan para peziarah. Sebagian besar negara itu ternyata justru berada di Eropa, Perancis dan Italia ternyata banyak menerima kunjungan para peziarah yang rindu untuk menghirup aroma spiritualitas, memuaskan dahaga kerinduan pada Tuhannya.
Di bandingkan dengan negara lain, sebenarnya Nusantara banyak menyimpan tempat untuk diziarahi, tempat-tempat yang bisa memuaskan dahaga spiritual. Hampir setiap daerah mempunyai petilasan yang ramai dikunjungi orang pada waktu-waktu tertentu. Setiap tempat mempunyai tuah yang tersendiri, ada yang melancarkan rejeki, jodoh, kesehatan, olah jiwa bahkan sampai mendapatkan kesaktian.
“Tapi kok nda ada keterangan berapa besar devisa yang didapat dari tempat ziarah di Nusantara”, pikir Budi.
“Apakah tak ada yang melihat potensi ini atau merasa urusan spiritual tak pantas untuk diperjualbelikan”.
“Ah … toh sebenarnya wajar saja, bukankah banyak lembaga dan orang mendapat rejeki karena berjualan Tuhan?”.
Budi terus berdialog dengan dirinya sendiri, mengungkap tanya dan berusaha menjawabnya pula. Tanya dan jawab silih berganti muncul dalam diri Budi, andai ini terjadi dalam ruang diskusi pasti ramai sekali suasananya. Tapi semuanya terjadi dalam diam dan sepi meski hati berkecamuk. Setelah sekian lama berdebat dengan dirinya sendiri, akhirnya Budi memutuskan untuk melakukan revolusi sunyi melalui google. Dikumpulkannya segenap keterangan tentang tempat-tempat ziarah di nusantara, lengkap dengan foto dan peta lokasinya sejauh yang ada dalam google map.
Budi berencana dengan semua informasi yang dikumpulkannya hendak membuat dan mengelola sebuah situs bertajuk www.nusantaraspiritualcentre.net yang akan memuat seluk beluk dunia dan tempat-tempat ziarah di nusantara. Cita-cita Budi tidak muluk-muluk, lewat situsnya dia berharap ketika seseorang di manapun dia berada, melakukan pencarian dengan tag spiritual maka sebagian besar halaman yang tersaji adalah tempat-tempat ziarah di nusantara.
“Malam mas Bro …. Masih googling nih?” begitu sapaan Dullah yang kembali muncul di chat box.
“Masih Pak Boss …tapi dah mau out….mulai kabur ni mata”.
“Iya mas Bro … istirahat dulu …… jangan bertempur dengan google, nda bakal kalah dia”.
“He..he… iya nda ada capek-capeknya ini si Pak De Google”.
“Bagi dong …temuannya Mas Bro”
“Ah….cuman mimpi aja yang ketemu hari ini”.
“Mimpi?”.
“Iya…mimpi …. Mimpi tentang Nusantara yang bakal jadi pusat perziarahan dunia”.
“Wadauw ….mantep bener ini mimpi Mas Bro, pertamax dah… kalau begitu sampai jumpa dalam mimpi ya Mas Bro”.
“Lanjut ….. nice dream ya..ha…ha…..”.
Dan kemudian Budi log out ketika chat boxnya kelihatan in-active. Setelah membayar ongkos koneksinya dan sedikit berbasa-basi dengan penjaga warnet, Budi melangkahkan kaki menuju rumahnya. Sepanjang jalan Budi terus menaburkan impiannya dan tak lupa Budi berdoa agar google turut membantu mewujudkan mimpinya.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

 
BORNEO MENULIS © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum