Republik (Gertak) Sambal
Dalam setiap aksi demonstrasi, pemimpin demo atau korlap kala
diwawancarai oleh media kerap menyatakan apabila tuntutan yang mereka sampaikan
tidak ditanggapi oleh pihak yang dituntut maka mereka akan kembali melakukan
aksi dengan jumlah massa yang lebih besar. Pernyataan seperti ini terus
berulang dari satu demontrasi ke demontrasi lainnya yang mana jumlah massa
ternyata tidak semakin besar. Akibatnya pernyataan seperti ini - yang mungkin
saja sudah menjadi patron artinya meski tak dikatakan oleh korlap namun secara
otomatis akan ditulis atau disampaikan oleh jurnalis dalam berita – dianggap
sebagai gertak sambal oleh para pihak yang dituntut pendemo.
Entah darimana istilah gertak sambal itu muncul. Gertak adalah tindakan
untuk menakut-nakuti, semacam ancaman akan melakukan sebuah laku tertentu
dengan syarat tertentu. Anak-anak kecil misalnya jika sulit untuk dinasehati
kerap di’gertak’ oleh orang yang lebih tua. Gertak yang disertai dengan gerakan
tubuh tertentu, misalnya seperti ingin memukul, mencubit atau bahkan mencekik,
akan membuat yang digertak sejenak mengkeret, tidak melakukan apa yang tadi
dilakukan dan tidak diperkenankan.
Sementara sambal adalah sejenis bahan olahan yang berasa pedas karena
mengandung unsur utama cabe. Gertak dan sambal yang kemudian menjadi istilah
gertak sambal adalah upaya untuk menakut-nakuti. Persoalan yang ditakut-takuti
itu takut beneran atau tidak itu nggak penting. Dalam banyak kasus gertak
sambal adalah senjata terakhir yang harus dilakukan oleh seorang atau kelompok
agar tetap kelihatan ada dan punya pengaruh serta rencana ke depan.
Namanya juga gertak sambal, meski bombastis dan terkesan garang tetap
saja bersifat sementara layaknya pedasnya sambal yang meski membuat mulut
terasa terbakar toh lama-lama juga hilang. Efek sambal sepedas apapun paling
juga membuat perut mules dan mencret-mencret. Hanya saja kalau terus menerus
bisa juga membuat badan lemes, kena usus buntu dan kemudian dioperasi.
Saling gertak biasa ditemui dalam kehidupan terutama politik dalam arti
luas. Setiap kelompok selalu mempunyai visi dan misi sendiri yang terus
diperjuangkan. Sesuatu yang kemudian kerap bertabrakan dengan kepentingan
kelompok lain dan juga kepentingan umum. Atas nama kepentingan umum dan
moralitas bangsa, ada kelompok yang bertindak ‘baik’ namun berada di luar
koridor hukum sehingga meresahkan masyarakat umum. Berkali-kali kelompok ini
diperingatkan namun tetap saja bebal bahkan balik mengancam dengan gertak
sambal kepada siapapun yang mencoba menghalang-halangi mereka.
Pemerintah dalam berhadapan dengan kelompok yang kerap melontarkan
gertak sambal juga berlaku serupa. Ancaman pemerintah untuk membubarkan,
memproses kekerasan yang mereka lakukan, tindakan main hakim di depan publik
juga tak lebih dari gertak sambal. Gertak sambal yang bertemu gertak sambal
akhirnya hanya melahirkan senyum kecut di wajah masyarakat.
Soal sambal, saat ini banyak yang serius dengan urusan ini. Banyak
sekali rumah makan mencantumkan kata sambal. Seperti Ikan Bakar Sambal Amat,
Sambal Desa, Ayam Sambal Yogya dan yang lebih ektrim sambal yang amat pedas
diasosikan dengan mercon karena sensasi serasa meledak di mulut. Akhirnya ada
rumah makan Bebek Mercon, Oseng Mercon dan Tahu Mercon yang bikin mulut
ber-hush-hush. Nda percaya coba saja Tahu “Hush-Hush Hu Tahu”.
Saya yakin masyarakat pasti cape menghadapi aneka macam gertak sambal.
Gertak sambal pada pembalak liar, gertak sambal pada koruptor, gertak sambal
pada KKN, gertak sambal untuk memberantas kemiskinan, gertak sambal untuk
mengatasi macet dan banjir. Gertak sambal yang dirangkai dalam sebuah rencana
yang kerap diberi label “Rancangan Aksi Nasional” dan lain sebagainya.
Bagi banyak orang makanan mungkin terasa hambar jika tak disertai
sambal. Orang Minahasa kerap bilang tanpa ‘rica’ makanan susah masuk
‘gergantang’. Tapi kalau sedikit-sedikit main gertak sambal apa kita gak takut
dan khawatir kalau negeri ini tak lebih dari sekedar restoran yang memasang
plang nama “Republik (gertak) Sambal”.
Pondok Wiraguna, 12 November 2012
@yustinus_esha
0 komentar:
Posting Komentar